LIPUTAN KHUSUS:

Pertambangan akan Meningkat 60% pada 2060


Penulis : Kennial Laia

Ekstraksi sumber daya merupakan pendorong utama dari tiga krisis di Bumi saat ini: perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan polusi.

Perubahan Iklim

Jumat, 02 Februari 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Ekstraksi bahan mentah secara global diperkirakan akan meningkat sebesar 60% pada 2060. Hal ini memiliki konsekuensi buruk terhadap iklim dan lingkungan, menurut analisis PBB. 

Analisis yang tidak dipublikasikan ini dilaporkan oleh Guardian. Ekstraksi sumber daya alam telah melonjak hampir 400% sejak 1970 karena industrialisasi, urbanisasi, dan pertumbuhan populasi, menurut presentasi Global Resource Outlook lima tahunan PBB yang disampaikan kepada para menteri Uni Eropa minggu lalu.

Menurut laporan tersebut, pengikisan sumber daya alami bumi telah menyebabkan 60% dampak pemanasan global, termasuk perubahan penggunaan lahan, 40% dampak polusi udara, dan lebih dari 90% kekurangan air global dan hilangnya keanekaragaman hayati terkait lahan. PBB akan merilisnya secara resmi pada Februari.

Janez Potočnik, mantan komisaris Eropa dan salah satu ketua panel PBB yang menghasilkan analisis tersebut, mengatakan bahwa pencungkilan bahan mentah dalam skala yang diperkirakan hampir pasti akan memicu badai, kekeringan, dan bencana iklim lainnya yang lebih sering dan lebih parah.

Aktivitas pertambangan nikel di konsesi PT Vale Indonesia, Sulawesi Selatan. Mineral ini menjadi salah satu bahan baku untuk kendaraan listrik. Dok JKMLT/WALHI Sulsel

“Angka yang lebih tinggi berarti dampak yang lebih besar pula,” kata Potočnik, dikutip Guardian, Rabu, 31 Januari 2024. 

“Intinya, tidak ada lagi tempat aman di Bumi. Kita sudah keluar dari ruang operasi yang aman dan jika tren ini terus berlanjut, keadaan akan menjadi lebih buruk. Peristiwa cuaca ekstrem akan menjadi lebih sering terjadi dan akan menimbulkan kerugian finansial dan manusia yang lebih serius,” ujarnya.

Laporan ini memprioritaskan pengukuran keadilan dan kesejahteraan manusia dibandingkan pertumbuhan PDB saja dan mengusulkan tindakan untuk mengurangi permintaan secara keseluruhan dibandingkan sekadar meningkatkan produksi “ramah lingkungan”. 

Kendaraan listrik, misalnya, menggunakan “bahan mentah penting” hampir 10 kali lebih banyak dibandingkan mobil konvensional, dan untuk mencapai nol emisi transportasi pada 2050, diperlukan peningkatan ekstraksi mineral penting sebanyak enam kali lipat dalam waktu 15 tahun.

Menurut laporan tersebut, memperbanyak bekerja jarak jauh, layanan lokal yang lebih baik, dan pilihan transportasi rendah karbon seperti sepeda dan kereta api bisa sama efektifnya dengan meningkatkan produksi kendaraan dalam memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat, dengan dampak lingkungan yang tidak terlalu berbahaya. 

“Dekarbonisasi tanpa memisahkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan dari penggunaan sumber daya dan dampak lingkungan bukanlah jawaban yang meyakinkan. Sementara itu fokus saat ini pada pembersihan sisi pasokan perlu dilengkapi dengan langkah-langkah dari sisi permintaan,” kata Potočnik.

PBB mengatakan, sebagian besar krisis perumahan di Eropa dapat diatasi dengan memanfaatkan rumah-rumah kosong, ruang yang kurang dimanfaatkan, dan kehidupan yang lebih berfokus pada komunitas, daripada membangun lebih banyak rumah di lahan perawan, demikian pendapat surat kabar tersebut.

“Efisiensi sumber daya sistemik” semacam ini dapat meningkatkan keadilan dan mengurangi emisi gas rumah kaca hingga lebih dari 80% pada 2060, dibandingkan dengan tingkat emisi saat ini. Kebutuhan material dan energi untuk mobilitas dapat dikurangi lebih dari 40% dan untuk konstruksi sekitar 30%, menurut laporan tersebut.

Hubungan kita dengan alam “akan diselesaikan dengan kebijaksanaan dan upaya kolektif atau dengan cara yang sulit dan sangat menyakitkan [dengan] konflik, pandemi, migrasi,” tulis laporan tersebut. “Masa depan harus menjadi hijau atau tidak akan ada masa depan.”

Zakia Khattabi, menteri iklim dan lingkungan hidup Belgia, yang saat ini memegang jabatan presiden bergilir UE, mengatakan penggunaan sumber daya adalah pendorong utama dari tiga krisis yakni perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan polusi. 

“Mengurangi konsumsi sumber daya sangat penting untuk meminimalkan tekanan lingkungan yang saling terkait. Kebijakan UE di masa depan mengenai ekonomi sirkular memerlukan fokus yang lebih kuat pada langkah-langkah sisi permintaan serta transisi yang adil untuk mengatasi hal ini,” kata Khattabi.