LIPUTAN KHUSUS:

Anak Gajah Kembali Mati di Aceh


Penulis : Gilang Helindro

BKSDA Aceh belum bisa memastikan penyebab kematian anak gajah tersebut.

Biodiversitas

Kamis, 21 Desember 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Anak gajah liar sumatera (Elephas maximus sumatranus) kembali ditemukan mati di kawasan aliran sungai Kreung Lencong, Kecamatan Sungai Mas, Kabupaten Aceh Barat, Selasa 19 Desember 2023. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Gunawan Alza mengatakan gajah betina itu ditemukan warga di pinggir sungai. 

“BKSDA Aceh belum bisa memastikan penyebab kematian gajah tersebut,” kata Gunawan saat dihubungi, Rabu, 20 Desember 2023.

Gunawan menyebut, tim BKSDA Aceh dan tim dokter hewan sudah di lokasi dan mengecek penyebab kematian.

“Saat ini sedang didalami, nanti kita update lagi,” kata Gunawan. 

Anak Gajah ditemukan mati di kawasan aliran sungai Desa Lancong, Kabupaten Aceh Barat. Selasa, 19 Desember 2023. Foto Istimewa/BKSDA Aceh

Sebelumnya konflik antara manusia dan gajah sempat terjadi pada Agustus dan Oktober 2023 di Kecamatan Sungai Mas.

BKSDA Aceh mencatat, ada 583 kejadian interaksi negatif dalam kurun waktu 2019 hingga Oktober 2023. Pidie menjadi daerah yang paling sering terjadi konflik yakni 145 kejadian, sedangkan Aceh Barat ada 33 kejadian.

Kepala Divisi Advokasi Walhi Aceh, Afifuddin Acal mengatakan, konflik antara manusia dengan satwa ini terus menelan korban. Menurut Data Walhi Aceh, tiga orang meninggal dunia, 12 orang luka-luka, 34 ekor satwa mati, dan 30 ekor satwa terluka akibat konflik tersebut. Wilayah konflik tersebar di beberapa kabupaten kota, dengan empat daerah yang paling tinggi yaitu Aceh Timur, Aceh Selatan, Pidie, dan Bener Meriah.

Penyebabnya ruang hidup satwa yang kian menyempit. Kematian anak gajah yang ditemukan di pinggir sungai itu menandakan hal tersebut, kata Afif, Rabu, 20 Desember 2023.

Contoh lain, kata Afif, adalah konflik yang terjadi di Desa Negeri Antara, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah. Di sana, sekawanan gajah liar sering memasuki perkebunan dan pemukiman warga, dan merusak lahan mereka.

Dampaknya tidak hanya bagi petani, tapi juga bagi pendidikan anak-anak. Banyak anak-anak yang enggan pergi ke sekolah karena takut, sebab gajah kerap melintas di jalur yang mereka lewati. Bahkan ada yang harus pindah.

Di sisi lain, gajah juga terancam keselamatannya. Beberapa kali mamalia bertubuh besar ini mati karena memakan pupuk, terkena jerat, atau diburu. Kematian satwa lindung ini dapat membuat ketidakseimbangan pada ekosistem. Padahal, gajah yang biasa disebut Po Meurah atau banag kul ini berperan menebar benih untuk reboisasi hutan secara alami.

Afif menilai, hampir semua Konflik satwa dampak dari habitat yang rusak dan semakin sempit. 

“Tentunya pasti ada korelasi keberadaan Koridor yang terputus, sehingga gajah mencari jalur lainnya,” ungkap Afif.