LIPUTAN KHUSUS:

BRIN: Kekayaan Flora dengan Endemisitas Tinggi Ada di Papua


Penulis : Gilang Helindro

Tanah Papua, bagian dari Papuasia memiliki kekayaan flora sekitar 13.634 spesies.

Biodiversitas

Kamis, 10 Agustus 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Kekayaan flora dengan tingkat endemisitas yang tinggi merupakan tantangan sekaligus peluang dalam mengonservasi serta pengembangan riset. Salah satunya Tanah Papua, bagian dari Papuasia memiliki kekayaan flora sekitar 13.634 spesies.

Krisma Lekitoo, Peneliti Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Garden Talk menyebut, Papuasia menjadi salah satu kawasan tropis Indonesia yang terletak di bagian Barat Pulau New Guinea memiliki keragaman flora tertinggi di dunia. Dengan jumlah lempengan tektonik di Pulau Papua (New Guinea) sebanyak 32 lempengan, di mana setiap lempengan memiliki karakteristik khusus yang memengaruhi jenis flora yang tumbuh di atasnya. Tingginya keragaman flora sejalan dengan tingkat endemisitas tinggi, yaitu 1.030 spesies atau sekitar 68 persen.

Krisma menjelaskan, sebagian besar masyarakat lokal Papua kehidupannya masih bergantung pada alam, keberadaan beragam spesies tumbuhan jangan sampai punah sebelum diketahui jenis dan manfaatnya. "Tingginya keragaman flora di Papuasia disebabkan sejarah geologi pembentukan Pulau Papua yang rumit," katanya, Selasa 8 Agustus 2023.   

“Kemudian, saat ini tercatat 225 jenis untuk bahan pangan, 115 jenis untuk ritual dan magis, 39 jenis bahan pembuat perahu, 25 jenis untuk obat malaria, dan 57 jenis sebagai bahan obat diare," katanya.

Buah Merah, tumbuhan endemik Papua yang satu ini dapat ditemukan di berbagai wilayah di Papua

Namun, Krisma menyayangkan, informasi berharga ini belum menjadi perhatian serius Pemerintah. "Perlu upaya segera penyelamatan flora Papuasia melalui konservasi sebelum terlambat. Saat ini IUCN sudah mencatat ada sedikitnya 470 jenis flora terancam kepunahan dan satu spesies dinyatakan punah, yaitu Manilkara napali van Royen," tambahnya.

Saat ini, kata Krisma, sudah ada beberapa kebun raya dan arboretum di Papua. Namun masih sangat terbatas bila dibandingkan dengan jumlah yang harus dikonservasi. 

Senada Krisma, Agustinus Murdjoko, Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Papua menyebut, masih terbatasnya spesimen herbarium yang berasal dari kawasan Papuasia.  "Koleksi herbarium kami masih terbatas jika dibandingkan daerah lain di Indonesia. Padahal, keragaman floranya sangat tinggi", katanya.

Murdjoko menyebutkan, beberapa kondisi yang menjadi tantangannya bersama tim seperti aksesibilitas dan biaya ekspedisi yang terbatas, jumlah dan kualitas peneliti yang masih sedikit, terutama para taksonom. Ia berharap, dapat meningkatkan kerja sama dengan BRIN dan stakeholder lainnya.

Ia melihat, kesempatan penelitian lapangan dan pengumpulan data, untuk menghasilkan publikasi internasional. Kemajuan teknologi informasi sangat mendukung upaya pengumpulan data dan kajian potensi flora Papuasia. "Kami dapat terkoneksi dengan komunitas global, sehingga kekayaan flora kita dapat diketahui dan menjadi potensi kerja sama dengan berbagai pihak di dunia," tutupnya.