LIPUTAN KHUSUS:

KKI Warsi Minta Audit Kepatuhan Perusahaan di Lahan Gambut Jambi


Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Perlu dilakukan audit perusahaan yang beroperasi di lahan gambut di Jambi. Untuk mengantisipasi terjadinya karhutla.

Gambut

Selasa, 18 April 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi meminta dilakukan audit kepatuhan terhadap perusahaan yang beroperasi di lahan gambut. Hal tersebut untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Jambi.

"Audit kepatuhan itu dilakukan untuk bisa segera mengantisipasi terjadinya karhutla 2023, karena lahan gambut bukan sumber masalah. Akan tetapi bencana dapat bermula dari pengelolaan gambut yang abai dan tidak memperhatikan karakteristiknya sebagai lahan basah," kata Adi Junedi, Direktur KKI Warsi, Senin (17/4/2023), dikutip Antara.

KKI Warsi bersama Aliansi Insan Lingkungan Lestari (Ailints) menyebut, para pihak, baik pemerintah maupun swasta, memiliki tanggung jawab restorasi untuk pemulihan dan pencegahan kebakaran di lahan gambut.

Pada awal 2023 Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mengeluarkan peringatan, tahun ini akan memasuki siklus empat tahunan El Nino yang memungkinkan terjadi musim kemarau lebih panjang dan pada musim tersebut Jambi termasuk provinsi langganan karhutla.

Lahan terbakar di Jambi./Foto: Pantau Gambut

"Analisis Citra Sentinel 2 yang dilakukan unit GIS KKI Warsi, pada kemarau 2019 Jambi mengalami kebakaran seluas 102.546 hektare dan di 2015 seluas 85.658 hektare. Melihat data ini, siklus empat tahunan masih menghantui Jambi dan terkhusus pada lahan gambut."

Lahan gambut Jambi, lanjut Adi, yang luasnya sekitar 694.349 hektare menjadi areal rawan kebakaran. Karena adanya kanalisasi gambut untuk menurunkan muka air gambut, sehingga bisa ditanami dengan tanaman yang tidak adaptif terhadap kondisi gambut, seperti akasia dan sawit.

Dari data perizinan, hutan tanaman yang berada di lahan gambut tercatat sekitar 61.085 hektare. Dari luasan tersebut, 16.013 hektare merupakan lahan gambut dengan kedalaman lebih dari empat meter atau masuk kategori gambut dalam. Sementara itu, kawasan perkebunan di lahan gambut luasnya 320.132 hektare dan 43.808 hektare berada di kawasan gambut sangat dalam atau lebih empat meter.

Adi menguraikan, pengalaman terdahulu menunjukkan pada setiap musim kemarau panjang, kebakaran hampir bisa dipastikan terjadi. Merujuk pada 2015 dan 2019, gambut di Jambi dilahap api. Bercermin di kurun waktu itu kebakaran lahan gambut meluluhlantakkan Provinsi Jambi.

Bencana itu menyebabkan banyak orang menderita ISPA, sekolah ditutup, aktivitas bandara lupuh, dan ekosistem hancur. Hal ini terjadi lantaran kanalisasi lahan gambut untuk menurunkan muka air gambut atau pengeringan.

Penurunan muka air gambut membuat gambut kehilangan fungsinya sebagai penyerap air. Pada musim kemarau air gambut akan hilang, sehingga kandungan organik yang ada di lahan itu menjadi sangat mudah terbakar.