LIPUTAN KHUSUS:
Deforestasi Picu Turunnya Curah Hujan Lokal di Amazon
Penulis : Kennial Laia
Berkurangnya curah hujan menyebabkan hilangnya hutan lebih lanjut, meningkatnya kerentanan kebakaran, dan berkurangnya penarikan karbon.
Deforestasi
Senin, 06 Maret 2023
Editor : Raden Ariyo Wicaksono
BETAHITA.ID - Untuk pertama kalinya ilmuwan membuktikan korelasi yang jelas antara deforestasi dan curah hujan regional. Hasil temuan ini diharapkan dapat mendorong perusahaan agrikultur dan pemerintah di Basin Amazon dan Kongo dan Asia Tenggara untuk berinvestasi lebih banyak dalam melindungi pohon dan vegetasi lainnya.
Penelitian tersebut menemukan bahwa semakin banyak hutan hujan yang dibuka di negara-negara tropis, semakin sedikit curah hujan yang turun. Ini berdampak pada petani lokal, yang bergantung pada hujan untuk menyiram tanaman dan padang rumput.
Makalah yang diterbitkan di jurnal Nature ini semakin memperkuat kekhawatiran bahwa degradasi di hutan Amazon tengah mendekati titik kritis. Jika melewati titik ini, hutan hujan tropis tersebut tidak akan mampu lagi menghasilkan curah hujannya sendiri dan vegetasi akan mengering.
Orang-orang yang tinggal di daerah gundul telah lama memberikan bukti anekdotal bahwa iklim mikro mereka menjadi lebih kering dengan tutupan pohon yang lebih rendah. Para ilmuwan telah mengetahui bahwa menebang pohon mengurangi evapotranspirasi dan dengan demikian berteori ini akan menghasilkan curah hujan lokal yang lebih rendah.
Tim di Universitas Leeds kini telah membuktikannya menggunakan satelit dan catatan meteorologi dari 2003-2017 di seluruh wilayah pantropis.
Meskipun dalam skala kecil, para ilmuwan menemukan dampaknya. Tetapi penurunan menjadi lebih jelas ketika area yang terkena dampak lebih dari 50 km persegi. Pada skala pengukuran terbesar 200 km persegi (40.000 km persegi), studi menemukan curah hujan 0,25 poin persentase lebih rendah setiap bulan untuk setiap 1 poin persentase kehilangan hutan.
Hal ini dapat menyebabkan lingkaran setan, karena berkurangnya curah hujan menyebabkan hilangnya hutan lebih lanjut, meningkatnya kerentanan kebakaran dan berkurangnya penarikan karbon.
Salah satu penulis, Prof Dominick Spracklen dari University of Leeds, mengatakan 25% hingga 50% hujan yang turun di Amazon berasal dari daur ulang presipitasi oleh pepohonan. Meskipun hutan terkadang digambarkan sebagai “paru-paru dunia”, fungsinya jauh lebih seperti jantung yang memompa air ke seluruh wilayah.
Dia mengatakan dampak lokal dari berkurangnya daur ulang air ini jauh lebih jelas, langsung dan persuasif bagi pemerintah dan perusahaan di selatan global daripada argumen tentang penyerapan karbon, yang dipandang lebih bermanfaat bagi negara-negara industri di belahan bumi utara.
“Mendemonstrasikan manfaat lokal dalam menjaga tegakan hutan tropis bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya memiliki implikasi kebijakan yang penting,” kata Spracklen, dikutip Guardian, Kamis, 2 Maret 2023.
“Saya berharap pekerjaan kami akan memberikan insentif yang kuat bagi pembuat kebijakan dan keputusan di negara-negara tropis untuk melestarikan hutan tropis untuk membantu menjaga iklim lokal yang lebih sejuk dan lebih basah, dengan manfaat bagi pertanian dan masyarakat sekitar,” tambahnya.
Para penulis juga menantikan kemungkinan efek dari deforestasi lebih lanjut. Untuk Basin Kongo, mereka memperkirakan penurunan curah hujan sebesar 16 mm per bulan pada akhir abad ini berdasarkan proyeksi kehilangan hutan.
Di semua wilayah, akibatnya mungkin dirasakan di kota dan ladang pertanian ratusan atau ribuan kilometer di luar hutan yang dibuka. Studi tersebut mencatat bahwa hasil panen dapat menurun sebesar 1,25% untuk setiap 10 poin persentase kehilangan tutupan hutan.