LIPUTAN KHUSUS:

J.R.R Tolkien Jadi Nama Spesies Baru Katak dari Ekuador


Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Warna-warna menakjubkan dari spesies baru katak ini mengingatkan peneliti akan makhluk-makhluk luar biasa dari dunia fantasi Tolkien.

Biodiversitas

Rabu, 01 Maret 2023

Editor : Kennial Laia

BETAHITA.ID - Nama John Ronald Reuel Tolkien (J.R.R Tolkien), pencipta Middle-earth dan penulis karya fantasi terkenal "The Hobbit" dan "The Lord of the Rings", menjadi nama spesies baru katak sungai dari Andes Ekuador.

Hyloscirtus tolkieni, nama spesies katak itu, hidup di sungai-sungai yang masih asli di Taman Nasional Rio Negro-Sopladora--sebuah kawasan lindung yang baru-baru ini dideklarasikan untuk melestarikan ribuan hektar hutan primer di tenggara Ekuador.

Katak sungai adalah sekelompok amfibi yang menghuni dataran tinggi Andes di Venezuela, Kolombia, Ekuador, Peru, dan Bolivia. Kehidupan mereka terkait erat dengan sungai dan aliran air yang murni di daerah Pegunungan Andes, oleh karena itu dinamakan "katak sungai".

Katak dewasa hidup di vegetasi tepi sungai, dan kecebong mereka berkembang di antara bebatuan di perairan sungai yang deras. Studi tentang Hyloscirtus tolkieni ini diterbitkan dalam jurnal ZooKeys.

Spesies baru katak sungai bernama Hyloscirtus tolkieni ditemukan di Andes Ekuador./Foto: Juan Carlos Sánchez-Nivicela/Arsip Museo de Zoología, Universidad San Francisco de Quito.

Para peneliti, Juan C. Sánchez-Nivicela, José M. Falcón-Reibán, dan Diego F. Cisneros-Heredia, menamai katak baru ini Hyloscirtus tolkieni untuk menghormati salah satu penulis favorit mereka. J.R.R. Tolkien, seorang penulis, penyair, filolog, dan akademisi terkenal. Warna-warna menakjubkan dari spesies katak baru ini mengingatkan mereka akan makhluk-makhluk luar biasa dari dunia fantasi Tolkien.

Ekspedisi yang dilakukan sejak 2020 di Taman Nasional Río Negro-Sopladora di Ekuador telah memungkinkan penemuan sejumlah besar spesies yang belum diketahui oleh ilmu pengetahuan. Sebagai kawasan lindung sejak 2018, taman nasional yang terletak di selatan negara ini merupakan rumah bagi kawasan hutan yang luas dan masih belum diteliti.

"Selama berminggu-minggu, kami menjelajahi berbagai area di Taman Nasional Río Negro-Sopladora, berjalan dari padang rumput paramo di ketinggian 3.100 meter hingga hutan di ketinggian 1.000 m," ujar Juan Carlos Sánchez Nivicela, peneliti madya di Museo de Zoología, Universidad San Francisco de Quito, USFQ, dan Institut Nasional Keanekaragaman Hayati, sekaligus penulis utama studi yang mendeskripsikan katak tersebut.

"Kami menemukan satu individu katak spesies baru ini, yang menurut kami sangat mengesankan karena warnanya dan ukurannya yang besar," imbuh Nivicela.

Katak Sungai Río Negro mudah dibedakan dari semua kerabat katak lainnya dari penampilan dan warnanya yang unik. Katak ini relatif besar (panjang 65 mm), punggungnya berwarna hijau keabu-abuan dengan bintik-bintik kuning dan bintik-bintik hitam, serta iris mata berwarna merah muda pucat dan hitam.

Tenggorokan, perut, dan panggul serta bagian bawah kaki katak ini berwarna kuning keemasan dengan bintik-bintik dan titik-titik hitam besar, serta jari-jari tangan dan kakinya memiliki garis-garis dan bintik-bintik hitam dan garis-garis kulit yang lebar.

"Spesies katak baru ini memiliki warna yang menakjubkan, dan tampaknya ia hidup di alam fantasi, seperti yang diciptakan oleh Tolkien. Kenyataannya adalah bahwa Andes tropis adalah ekosistem ajaib di mana beberapa spesies flora, bunga, dan fauna yang paling indah di dunia hadir," ujar Diego F. Cisneros-Heredia, Direktur Museum Zoologi Universidad San Francisco de Quito USFQ dan rekan peneliti dari Institut Nasional Keanekaragaman Hayati, serta salah satu penulis studi tersebut.

Sayangnya, lanjut Heredia, hanya sedikit daerah yang terlindungi dengan baik dari dampak negatif yang disebabkan oleh manusia. Deforestasi, ekspansi pertanian yang tidak berkelanjutan, pertambangan, spesies invasif, dan perubahan iklim secara serius mempengaruhi keanekaragaman hayati Andes.

Spesies ini masih hanya diketahui dari satu lokasi dan satu individu, sehingga informasi yang ada belum cukup untuk menilai status konservasinya dan risiko kepunahan. Namun, para penulis setuju bahwa sangat penting untuk melakukan penelitian dan pemantauan untuk mempelajari sejarah hidup dan ekologinya, serta ukuran dan dinamika populasinya.

Selain itu, mereka menyarankan untuk mengeksplorasi lokasi-lokasi baru di mana populasi tambahan mungkin ada, dan menilai apakah konservasi jangka panjangnya dipengaruhi oleh ancaman, seperti spesies invasif, pertambangan, penyakit baru, atau perubahan iklim.

Deskripsi spesies baru merupakan mekanisme penting untuk mendukung strategi global dalam konservasi lingkungan yang rentan, karena hal ini mengungkapkan kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar yang terkait dengan sumber daya alam dan jasa lingkungan yang tak terhitung jumlahnya. Sebagai contoh, amfibi merupakan pengendali hama yang penting dan memainkan peran ekologis yang vital dalam kestabilan alam. Sayangnya, 57 persen spesies amfibi di Ekuador terancam punah.

PHYS