LIPUTAN KHUSUS:
Spesies Baru Lalat Kalajengking Ditemukan di Nepal
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Penampilan lalat kalajengking yang baru ditemukan sangat aneh. Lalat kalajengking jenis baru ini diberi nama Lulilan.
Biodiversitas
Kamis, 15 Desember 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Profesor Zoologi Rainer Willmann, mantan Direktur Museum Zoologi di Universitas Göttingen, telah berhasil mendeskripsikan dan mengklasifikasikan spesies scorpionfly atau lalat kalajengking yang sebelumnya tidak diketahui dari Nepal.
Spesies ini termasuk dalam genus yang benar-benar baru, yang mana Willmann memperkenalkan nama "Lulilan". Penemuan spesies baru lalat kalajengking Nepal ini diterbitkan dalam sebuah jurnal Contributions to Entomology.
"Penampilan scorpionfly yang baru ditemukan sangat aneh," kata Willmann.
Sedikit deskripsi, spesies jantan lalat kalajengking ini memiliki perut yang kurus dan sangat memanjang, di ujungnya terdapat organ besar--dengan penjepit yang panjang dan mencengkeram--untuk kawin.
Serangga ini memiliki panjang tubuh lebih dari tiga sentimeter, artinya mereka sangat besar. Serangga tersebut ditangkap oleh ahli zoologi Mainz Profesor Jochen Martens dan rekannya dari Stuttgart Dr. Wolfgang Schawaller. Hingga saat ini, hanya satu spesies yang diketahui dan ditemukan tepat 200 tahun yang lalu.
"Meskipun namanya terdengar berbahaya, scorpionfly ini sama sekali tidak berbahaya bagi manusia," kata Willmann.
Nama mereka berasal dari alat kelamin mereka yang berbentuk bulat, yang terlihat seperti sengatan scorpionfly. Mereka juga memiliki kepala yang memanjang dan khas. Di Eropa, hanya ada beberapa spesies kalajengking.
"Lebih banyak spesies Lulilan mungkin ada di Nepal dan daerah sekitarnya," kata Willmann.
Sejauh ini, hanya betina dari beberapa jenis yang diketahui. Berbeda dengan jantan, betina tidak memiliki ciri-ciri ini, yang berarti klasifikasi lebih sulit.
Dari scorpionfly yang telah dideskripsikan, hanya genus Leptopanorpa yang asli Sumatera, Jawa, dan Bali yang mengembangkan perut yang begitu khas. Namun, itu tidak terkait erat dengan Lulilan.
"Ini adalah contoh luar biasa di mana karakteristik serupa muncul secara mandiri, mungkin sebagai respons terhadap tekanan evolusioner yang serupa," kata Willmann.