LIPUTAN KHUSUS:
Daftar Merah Terbaru IUCN: Hampir 10% Satwa Laut Terancam Punah
Penulis : Kennial Laia
Jumla spesies laut yang menghadapi kepunahan kemungkinan jauh lebih tinggi daripada yang ditunjukkan data saat ini.
Satwa
Minggu, 11 Desember 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Aktivitas manusia yang merusak telah disebut sebagai ‘senjata pemusnahan massal.” Dampaknya mulai dari perubahan iklim hingga polusi yang “menghancurkan” kehidupan laut.
Daftar Merah Spesies Terancam terbaru mengungkap, hampir sepersepuluh tanaman dan hewan bawah air sejauh ini terancam punah. Penilaian yang dilakukan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) dirilis Jumat, 9 Desember, pada KTT PBB tentang keanekaragaman hayati di Montreal, Kanada.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak negara-negara untuk mengakhiri “pesta perusakan” alam dan menyetujui kesepakatan untuk menghentikan dan memulihkan hilangnya habitat.
Menurut asesmen terbaru tersebut, lebih dari 1.550 dari sekitar 17.903 tanaman dan hewan laut terancam punah. Untuk diketahui, daftar merah IUCN berperan sebagai barometer keanekaragaman hayati dan diterbitkan beberapa kali dalam setahun.
“Hal ini menunjukkan bahwa kita (manusia, red) memiliki dampak merusak yang sangat besar bagi spesies laut,” kata Kepala IUCN Craig Hilton-Taylor, seperti dikutip Reuters.
“Anda tidak dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi di bawah air. Maka penilaian status spesies ini memberi indikator nyata tentang apa yang sebenarnya terjadi di sana, dan hasilnya bukanlah kabar baik,” tambahnya.
Menurut Hilton-Taylor, porsi spesies laut yang menghadapi kepunahan kemungkinan jauh lebih tinggi daripada yang ditunjukkan data saat ini. Pasalnya, yang dianalisis sejauh ini cenderung spesies ikan yang tersebar luas, yang saat ini tidak terancam.
Populasi dugong, mamalia herbivora gemuk berwarna abu-abu yang umumnya dikenal sebagai sapi laut, telah turun menjadi kurang dari 250 dewasa di Afrika timur dan kurang dari 900 di wilayah Kaledonia Baru Prancis, kata IUCN.
Ancaman yang mereka hadapi antara lain hilangnya sumber makanan utama, padang lamun. Dalam kasus Mozambik, hal ini disebabkan oleh eksplorasi dan produksi minyak dan gas. Sementara itu dalang hilangnya sumber makanan di Pasifik adalah polusi dari penambangan nikel.
Daftar terbaru tersebut juga mengulas spesies abalone untuk pertama kalinya. Hewan ini sejenis moluska yang dijual sebagai makanan laut mewah. IUCN menemukan bahwa sekitar 44% menghadapi kepunahan. Gelombang panas laut yang semakin parah dan sering telah menyebabkan kematian massal, yang memicu penyakit dan membunuh sumber makanan mereka.
Karang pilar, spesies Karibia yang menyerupai stalaktit tegak, turun dua kategori dari "rentan" menjadi "sangat terancam punah". Populasinya telah menyusut lebih dari 80% di sebagian besar wilayahnya sejak tahun 1990 akibat pemutihan terumbu karang dan penyakit.
"Status mengerikan dari spesies ini seharusnya mengejutkan kita dan melibatkan kita untuk segera bertindak," kata Amanda Vincent, ketua Komite Konservasi Laut Komisi Kelangsungan Hidup Spesies IUCN.