LIPUTAN KHUSUS:
Silang Pendapat Luhut dan JK Soal Pekerja Cina di Smelter Nikel
Penulis : Aryo Bhawono
JK menuding pekerja Cina mendominasi smelter nikel hingga ke pekerjaan kasar.
Tambang
Selasa, 01 November 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengkritisi dominasi pekerja Cina di smelter nikel. Menurutnya hampir semua lini diisi oleh tenaga kerja asing asal Cina.
Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam, termasuk Nikel. Memang, RI sudah ada smelter, namun pekerjanya masih dari China.
"Ini daerah kaya nikel, tapi yang kerja semua China dari daratan sampai tukang las," ujar Jusuf seperti dikutip dari CNN Indonesia dalam peringatan HUT 70 Tahun Kalla Group, di Grand Ballroom Kempinski Jakarta, Jumat (28/10/2022).
Ia mengatakan Kalla Group tengah membangun smelter nikel sendiri. Pengolahan nikel tersebut akan dikelola oleh anak negeri dan pekerjanya adalah warga sekitar.
"Kita bikin smelter, kita belajar sendiri, InsyaAllah tahun depan smelter pertama milik nasional akan beroperasi," kata JK.
JK menuturkan smelter yang sedang dibangun itu pun akan mengandalkan tenaga air alih-alih batu bara. Ia menekankan smelter buatan Indonesia harus bersumber dari energi bersih.
"Dari sumber bersih, pakai hidro tadi. Karena Eropa tak mau beli kalau kotor energinya," terang dia.
JK sendiri merupakan mantan pejabat RI sekaligus mantan pimpinan Kalla Group. Saat ini Kalla Group dipimpin oleh Solihin Jusuf Kalla.
Didirikan pada 1952, perusahaannya ini memiliki 36 jenis usaha mulai dari percetakan hingga tukang cukur. Meskipun banyak, usahanya tidak selalu berjalan mulus.
Di bidang otomotif, Kalla Group ini memiliki merek dagang di kawasan Indonesia Timur melalui bendera PT Hadji Kalla (Kalla Toyota).
Menurut JK, penjualan merek Toyota ini lebih dulu dilakukan Kalla Group dibanding Astra. Bisnis Kalla Group juga meliputi usaha baja, semen, dan tekstil.
Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan membantah ucapan Jusuf Kalla bahwa pengelolaan nikel di Indonesia mayoritas dilakukan oleh China. Menurutnya dominasi pekerja Cina di smelter nikel hanya terjadi di masa kosntruksi apda 2014 silam.
Kini, klaim Luhut, sudah lebih banyak tenaga kerja Indonesia di proyek itu.
"Itu nggak betul. Kalau waktu konstruksi dulu awal-awal 2014 ya, sekarang sudah banyak orang Indonesia pergi saja lihat ke sana," jelas Luhut seperti dikutip dari detik.com, Senin (31/10).