LIPUTAN KHUSUS:
Spesies Baru Anggrek Ditemukan di Pegunungan Tanzania
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Rhipidoglossum pareense endemik Pegunungan Pare Selatan dan Usambara Barat di timur laut Tanzania.
Biodiversitas
Rabu, 05 Oktober 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Baru-baru ini para ilmuwan berhasil menemukan spesies baru anggrek di Tanzania. Anggrek jenis baru ini dinamakan Rhipidoglossum pareense. Anggrek jenis ini merupakan tanaman endemik Pegunungan Pare Selatan dan Usambara Barat di timur laut Tanzania.
“Rhipidoglossum pareense termasuk dalam kelompok kecil spesies yang sebelumnya termasuk dalam genus Margelliantha dan dibedakan oleh kebiasaan kerdilnya, batang pendek dan perbungaan pendek dari beberapa bunga campanulate,” kata Dr. Andreas Hemp dan Dr. Phil Cribb dari University of Bayreuth dari University of Bayreuth. Kebun Raya Kerajaan, Kew.
“Spesies Margelliantha Afrika Timur baru-baru ini dimasukkan ke dalam Rhipidoglossum yang didefinisikan secara luas berdasarkan analisis DNA yang ekstensif,” lanjut Dr. Andreas.
Ciri paling mencolok dari Rhipidoglossum pareense, yang tingginya hanya beberapa sentimeter, adalah bunganya yang berwarna putih. Jika berada di bawah sinar matahari, bunga yang dihasilkan anggrek ini akan tampak berkilau.
Bunganya sendiri ukurannya lebih kecil, tetapi lebih banyak daripada spesies terdekat, Rhipidoglossum leedalii. Perbungaannya jauh lebih kompak dan menyerupai bunga bakung di lembah.
Rhipidoglossum pareense muncul di Pegunungan Pare Selatan dan Usambara Barat sebagai epifit di pegunungan, hutan awan bertubuh rendah pada ketinggian di atas 1.500 m. Pohon-pohon di sana hanya mencapai ketinggian 10 m dan ditumbuhi lumut, pakis, dan anggrek yang lebat.
Menurut para peneliti, Rhipidoglossum pareense mungkin berutang keberadaannya pada kondisi iklim yang sangat tidak biasa. Yang mana iklim tipe lokalitas di Pegunungan Pare lembab dan berkabut.
Rata-rata curah hujan tahunan di pegunungan ini hanya sekitar 1.000 mm, namun intersepsi air kabut memberikan tambahan lebih dari dua kali lipat dari jumlah ini. Akibatnya, kelembaban relatif tahunan rata-rata adalah 94 persen.
“Rata-rata suhu tahunan adalah 15,7 derajat Celcius dengan suhu minimum 8,7 derajat Celcius dan suhu maksimum 29 derajat Celcius. Karena kelembaban yang tinggi ini, batang dan cabang pohon tertutup rapat oleh lumut (60 persen cakupan) dan epifit vaskular (10 persen cakupan),” jelas mereka.
Penemuan ini dilaporkan dalam sebuah makalah di jurnal Kew Bulletin.