LIPUTAN KHUSUS:
Dalam Tiga Dekade, Sejuta Lebih Penyu Dibunuh Secara Ilegal
Penulis : Tim Betahita
Asia Tenggara dan Madagaskar muncul sebagai hotspot utama untuk pengambilan dan perdagangan penyu illegal.
Satwa
Senin, 12 September 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Para peneliti Arizona State University memperkirakan lebih dari 1,1 juta individu Penyu telah dibunuh secara ilegal dalam tiga dekade terakhir. Bahkan dalam banyak kasus, penyu menjadi komoditas perdagangan antara tahun 1990 dan 2020.
Selama periode studi 30 tahun itu, diketahui 95 persen penyu yang diburu berasal dari dua spesies: penyu hijau dan penyu sisik. Keduanya terdaftar di bawah U.S. Endangered Species Act, yang berarti berada di ambang kepunahan.
Penelitian juga menyatakan, Asia Tenggara dan Madagaskar muncul sebagai hotspot utama untuk pengambilan dan perdagangan penyu illegal. Terutama untuk penyu sisik yang terancam punah, yang dihargai dalam perdagangan satwa liar lantaran cangkangnya yang indah.
“Sebanyak 44 ribu penyu dieksploitasi setiap tahunnya selama dekade terakhir di 65 negara atau wilayah dan di 44 dari 58 populasi penyu utama dunia,” tulis para peneliti dalam penelitiannya yang bertajuk “Global pattern of illegal marine turtle exploitation”.
Namun, lepas dari jumlah penyu yang diburu, penelitian menunjukkan bahwa eksploitasi ilegal penyu yang dilaporkan menurun sekitar 28% sepanjang satu dekade terakhir.
"Penurunan selama dekade terakhir dapat disebabkan oleh peningkatan undang-undang perlindungan dan peningkatan upaya konservasi. Ditambah dengan peningkatan kesadaran akan masalah atau perubahan norma dan tradisi lokal," kata Kayla Burgher, salah satu penulis studi dan mahasiswa doktoral dalam program ilmu kehidupan lingkungan ASU di School of Life Sciences.
Selain sedikit penurunan, para peneliti juga menemukan bahwa sebagian besar eksploitasi ilegal yang dilaporkan selama dekade terakhir terjadi pada populasi penyu yang besar, stabil, dan beragam secara genetik.
“Artinya, sebagian besar penyu ini berasal dari populasi yang sehat dan berisiko rendah. Ini menunjukkan bahwa, dengan beberapa pengecualian, tingkat eksploitasi ilegal saat ini kemungkinan besar tidak memiliki dampak merugikan yang besar pada sebagian besar populasi penyu di seluruh lautan dunia," kata Jesse Senko, salah satu penulis utama studi ini dan asisten profesor peneliti di ASU School for the Future of Innovation in Society.
Senko menambahkan, bagaimanapun, hasilnya harus dipertimbangkan dengan hati-hati. “Menilai setiap aktivitas ilegal itu sulit, pengambilan dan perdagangan penyu tidak terkecuali. Terutama ketika itu menjadi terorganisir atau terkait dengan sindikat kejahatan," kata Senko.