LIPUTAN KHUSUS:

Sebagian Besar Wilayah Amazon Diprediksi Takkan Pernah Pulih


Penulis : Tim Betahita

Keterlibatan masyarakat adat melestarikan hutan menjadi krusial. Pengakuan dan perlindungan hukum diperlukan untuk memastikannya.

Hutan

Rabu, 07 September 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Kerusakan lingkungan di beberapa bagian Amazon berada di level yang sangat parah sehingga petak-petak hutan hujan tersebut telah mencapai titik kritis dan mungkin tidak akan pernah bisa pulih. Hal itu terungkap dalam studi baru oleh para ilmuwan dan organisasi masyarakat adat. 

“Titik kritis bukan lagi skenario masa depan melainkan tahap yang telah terjadi di beberapa wilayah kawasan tersebut,” tulis laporan tersebut. “Brasil dan Bolivia memusatkan 90% dari semua gabungan deforestasi dan degradasi. Akibatnya, savanisasi sudah terjadi di kedua negara.” 

Para ilmuwan dari Amazonian Network of Georeferenced Socio-environmental Information (RAISG) bekerja sama dengan Coordinator of Indigenous Organizations of the Amazon Basin (Coica) untuk melakukan penelitian, Amazonia Against the Clock, salah satu studi terbesar sejauh ini, yang mencakup sembilan negara yang memiliki area Amazon. 

Menurut penelitian tersebut, hanya dua dari sembilan, yakni Suriname dan Guyana Prancis, yang setidaknya masih memiliki setengah dari hutan mereka secara utuh. 

Hutan Amazon yang hancur usai kebakaran hutan pada 2019. Foto: Victor Moriyama/Greenpeace International

Organisasi masyarakat adat Amazonia yang merepresentasikan 511 bangsa dan sekutu menyerukan agar ada pakta global untuk perlindungan permanen bagi 80% dari Amazon pada 2025. 

Target 80% tersebut merupakan tantangan besar mengingat hanya 74% dari hutan asli yang tersisa. Tindakan mendesak diperlukan tidak hanya untuk melindungi hutan yang masih terdiri tetapi juga untuk memulihkan lahan yang terdegradasi dan kembali ke tingkat 80%. 

“Ini sulit tapi bisa dilakukan,” kata Alicia Guzman, seorang ilmuwan Ekuador yang mengoordinir laporan tersebut. “Itu semua tergantung pada keterlibatan masyarakat adat dan masyarakat yang tinggal di hutan. 

Guzman mengatakan, pengelolaan tanah lebih luas oleh masyarakat adat, serta pemberian perlindungan negara dan penghilangan celah hukum yang memungkinkan industri ekstraktif masuk, merupakan cara paling pasti untuk menjamin pelestarian Amazon. 

Hampir setengah dari Amazon telah ditetapkan sebagai kawasan lindung atau wilayah masyarakat adat, dan hanya 14% dari semua deforestasi terjadi di sana. Saat ini, sekitar 100 juta hektare tanah adat sedang dalam sengketa atau menunggu pengakuan resmi dari pemerintah.

“Melibatkan masyarakat adat dalam proses pengambilan keputusan berarti kita mengandalkan pengetahuan mereka yang paling tahu tentang hutan,” kata Guzman. “Dan mereka membutuhkan anggaran.” 

Masyarakat adat juga membutuhkan perlindungan tanah dari perampas tanah dan industri ekstraktif. 

Pertambangan merupakan salah satu ancaman yang meningkat, yang kebanyakan mengincar kawasan lindung dan tanah adat. Sebagian penambangan dilakukan secara rahasia dan ilegal, namun di sekitar setengahnya di kawasan lindung dilakukan secara legal, dan para ilmuwan meminta pemerintah untuk menolak atau mencabut izin penambangan tersebut. 

Ancaman lainnya adalah minyak, terutama di Ekuador, sumber 89% dari semua minyak mentah yang diekspor dari wilayah tersebut. 

Blok minyak mencakup 9,4% dari permukaan Amazon dan 43% di antaranya berada di kawasan lindung dan tanah adat. Lebih dari setengah Amazon Ekuador ditetapkan sebagai blok minyak, menurut laporan tersebut. Sementara itu porsi di Peru sebesar 31%, Bolivia 29%, dan Kolombia 28%. Angka tersebut dinilai sama-sama mengkhawatirkan. 

Sektor pertanian juga lebih mengkhawatirkan. Menurut laporan tersebut, pertanian bertanggung jawab atas 84% deforestasi, dan jumlah lahan yang diberikan untuk pertanian meningkat tiga kali lipat sejak 1985. Brasil adalah salah satu eksportir makanan utama di dunia. Di antaranya kedelai, daging sapi, dan biji-bijian yang memberi makan sebagian besar dunia serta menghasilkan miliar dolar setiap tahun. 

Para penulis laporan merekomendasikan lebih banyak kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga keuangan internasional, dan perusahaan ekuitas swasta yang memegang sebagian besar utang negara-negara Amazon. 

Amerika Latin adalah wilayah yang paling berhutang di negara berkembang dan penghapusan utang dapat menjadi imbalan atas komitmen pelestarian. Cara ini dinilai signifikan. 

“Mereka memiliki kesempatan unik di hadapan mereka untuk memaafkan utang yang ada sebagai imbalan atas komitmen untuk mengakhiri ekstraksi industri dan mempromosikan perlindungan di wilayah prioritas utama, wilayah adat, dan kawasan lindung,” tulis laporan tersebut. 

Beberapa solusi lain yang diusulkan dalam laporan tersebut yakni penangguhan total perizinan dan pembiayaan baru untuk pertambangan, minyak, peternakan, bendungan besar, penebangan, dan kegiatan sejenis lainnya; peningkatan transparansi dan akuntabilitas  di sepanjang rantai pasokan; pemulihan lahan gundul; model pemerintahan baru yang memungkinkan peningkatan representasi dan pengakuan bagi masyarakat asli.