LIPUTAN KHUSUS:

Bahaya Limbah dari Kendaraaan Listrik


Penulis : Tim Betahita

Faktanya tidak menjadikan mobil listrik benar-benar ramah lingkungan. Ada komponen yang hingga kini masih menjadi pembahasan karena limbahnya sangat berbahaya.

Lingkungan

Minggu, 07 Agustus 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Banyak pihak sepakat mobil listrik jauh lebih ramah lingkungan dibanding mobil berbahan bakar minyak (BBM). Ini karena mobil listrik murni (battery electric vehicle/BEV) tidak menghasilkan emisi gas buang.

Namun, faktanya tidak menjadikan mobil listrik benar-benar ramah lingkungan. Ada komponen yang hingga kini masih menjadi pembahasan karena limbahnya sangat berbahaya.

Kasubdit Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ratna Kartikasari mengungkapkan masalah lingkungan lain menanti. Sumber listrik dari pembangkit listrik thermal untuk charging baterai berpotensi menghasilkan emisi dari bahan bakar fosil.

Menurutnya jika pembangkit listrik masih mengandalkan batu bara, itu sama saja. "Jadi hanya memindahkan masalah. Di perkotaan masalah beres tapi di daerah pinggiran masih akan tetap menghasilkan emisi," ujar Ratna seperti dilansir dalam sebuah tayangan di kanal YouTube InfoKPBB.

ilustrasi lobil listrik. (Piaxabay)

Masalah lingkungan lainnya, lanjut Ratna juga ada pada proses pembuatan baterai kendaraan listrik. Ratna menyebut, penambangan logam dan mineral dapat menimbulkan kerusakan serta pencemaran lingkungan.

Saat baterai nantinya didaur ulang sekalipun, masih berpotensi menghasilkan air limbah dan emisi. Sebab, baterai lithium terdiri dari casing, anoda, katoda, separator, elektrolit dan komponen beracun lainnya.

"Baterai lithium mengandung logam berat dan senyawa organik yang beracun. Pembuangan limbah baterai lithium yang tidak tepat dapat mengakibatkan risiko lingkungan memiliki efek buruk bagi kesehatan hewan dan manusia," katanya.

Dia menambahkan, potensi masalah lingkungan lain datang dari panel listrik kendaraan listrik pasca pemakaian. Ini pun berpotensi menjadi E-waste jika tidak dikelola dengan baik.

"Jangan sampai kita hanya fokus menurunkan emisi yang ada di perkotaan, tapi di sektor-sektor lain muncul masalah baru. Jadi ini harus dilihat secara keseluruhan, tidak hanya di bagian hilir, tapi hulunya perlu diperhatikan," ujar Ratna.