LIPUTAN KHUSUS:

Lembaga Iklim PBB Sebutkan La Nina Bisa Bertahan Hingga 2023


Penulis : Aryo Bhawono

Panjangnya fenomena La Nina akan memperburuk kekeringan dan banjir di berbagai wilayah di belahan dunia.

Perubahan Iklim

Rabu, 15 Juni 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Fenomena La Nina kemungkinan akan terus bertahan berbulan-bulan, bahkan hingga 2023. Kondisi ini akan memperburuk kekeringan dan banjir di berbagai wilayah di belahan dunia.

Badan Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/ WMO) mengatakan fenomena La Nina yang sudah terjadi sejak September 2020 akan berlanjut hingga setidaknya bulan Agustus 2022. Peluang bertahannya La Nina ini mencapai 70 persen.

“Beberapa prediksi jangka panjang bahkan menunjukkan bahwa itu mungkin bertahan hingga 2023,” tulis pernyataan pers WMO pada Jumat (10/6/2022).

La Nina terjadi karena pendinginan suhu permukaan laut skala besar, yakni di bagian tengah dan timur ekuator Samudera Pasifik. Pendinginan ini ditambah dengan perubahan sirkulasi atmosfer tropis, yaitu angin, tekanan dan curah hujan. Biasanya memiliki dampak berlawanan pada cuaca dan iklim seperti El Nino, yang merupakan fase hangat dari apa yang disebut El Nino Southern Oscillation (ENSO).

Warga melintasi banjir yang menggenang di Kabupaten Kutai Timur./Foto: Fraksi Rakyat Kutim

Jika prediksi ini benar maka hal ini akan menjadi ‘triple dip La Nina atau tiga musim dingin berturut-turut bagi belahan bumi bagian utara. .  

Ciri-ciri terjadinya La Nina kini terjadi lebih dari biasanya, seperti kekeringan yang sedang berlangsung di Tanduk Afrika dan Amerika Selatan, curah hujan di atas rata-rata di Asia Tenggara dan Australasia, serta prediksi untuk musim badai di atas rata-rata di Atlantik.

Sekjen WMO, Petteri Taalas. menyebutkan perubahan iklim yang disebabkan manusia memperkuat dampak dari peristiwa yang terjadi secara alami seperti La Niña. Pola cuaca pun turut terpengaruh, khususnya melalui panas dan kekeringan yang lebih intens, risiko terkait kebakaran hutan, dan banjir besar yang memecahkan rekor curah hujan.

WMO, kata dia, memberikan dukungan yang disesuaikan untuk sektor kemanusiaan seperti pemberian peringatan baru-baru ini tentang kekeringan yang memburuk di Afrika Timur. Prakiraan musiman yang lebih baik sangat penting karena membantu perencanaan dan mendapatkan manfaat sosial-ekonomi yang substansial di sektor-sektor sensitif iklim.

“Selain meningkatkan layanan iklim, WMO juga berusaha mencapai tujuan bahwa setiap orang harus memiliki akses ke sistem peringatan dini dalam lima tahun ke depan untuk melindungi mereka dari bahaya yang terkait dengan cuaca, iklim, dan air kita,” katanya.

Peristiwa La Niña saat ini dimulai pada September 2020 dan berlanjut hingga pertengahan Mei 2022 di seluruh Pasifik tropis.

Terjadi pelemahan sementara komponen samudera La Niña selama Januari dan Februari 2022, namun menguat sejak Maret 2022.

Pusat Produksi Global WMO untuk Prakiraan Jangka Panjang menunjukkan bahwa ada sekitar 70 persen kemungkinan kondisi La Niña saat ini berlanjut hingga musim panas boreal 2022, dan sekitar 50-60% selama Juli-September 2022.