LIPUTAN KHUSUS:
Kualitas Air Sungai di Sumsel Rendah akibat Tercemar Tambang
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Kualitas air sungai di Sumatera Selatan (Sumsel) rendah akibat pencemaran dari berbagai aktivitas manusia, terutama pertambangan.
Tambang
Jumat, 10 Juni 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Kualitas air sejumlah sungai di Sumatera Selatan (Sumsel) rendah akibat pencemaran dari berbagai aktivitas manusia, terutama pertambangan. Hal tersebut berdasarkan laporan Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Provinsi Sumsel.
Kepala Bidang Gakkum DLHP Sumsel, Yulkar Pramilus mengatakan, rendahnya kualitas air sungai ini diperoleh dari hasil pengukuran tim DLHP di 73 titik pantau di berbagai wilayah aliran sungai. Yang mana, berdasarkan hasil pengukuran tim DLHP pada 2021 lalu menunjukkan angka Indeks Kualitas Air (IKA) sungai kategori rendah, hanya mencapai 58,25.
"Angka IKA itu jauh dari target ketetapan yang pada RPJMD seharusnya mencapai 67,05. Dari beberapa titik pantau dan parameter mengindikasikan jika pencemaran berasal dari aktivitas tambang," kata Yulkar, dalam Forum Grup Diskusi Dampak Aktivitas Pertambangan, yang digelar di Palembang, dikutip dari Antara, Minggu (5/6/2022).
Yulkar menjelaskan, Pemerintah Provinsi Sumsel dan DLHP berkomitmen akan meningkatkan standar bagku mutu pengelolaan limbah sektor pertambangan yang ada di wilayah sungai, sehingga IKA bisa mencapai target.
Proses peningkatan mutu pengelolaan limbah itu, lanjut Yulkar, bisa berjalan produktif mengingat, lantaran Undang-Undang Cipta kerja mewajibkan perusahaan pertambangan menggunakan pendekatan berbasis teknologi.
"Dari sini tentu diharapkan adanya pengawasan yang lebih baik ke depannya."
Yulkar menyebut, sejauh ini realisasi peningkatan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) secara keseluruhan sudah di atas target yakni 62,04 menjadi 69,70 pada 2021.
Peneliti Hidrolik dan Lingkungan Universitas Bina Darma Palembang, Prof. Dato Achmad Syarifuddin mengatakan, dari beberapa penelitian kualitas air sungai yang ada di Wilayah pertambangan seperti di Kabupaten Muara Enim, kandungan kimia air sungai mengalami peningkatan yang cukup signifikan ketika melintasi aktivitas tambang batu bara.
"Penurunan kualitas air Sungai Enim cenderung meningkat secara signifikan akibat adanya aktivitas industri pertambangan baru bara sehingga berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat," kata Prof. Dato.
Menurutnya, perbaikan kualitas lingkungan hidup, utamanya sungai, membutuhkan keseriusan dari seluruh instansi terkait, terutama oleh lembaga pengawasan dalam memberikan sanksi. Dengan demikian pelaku usaha industri pertambangan dapat lebih memperhatikan kondisi air sungai.
"Ini butuh keseriusan bersama seluruh masyarakat juga diharapkan dapat turut berkontribusi dalam hal pengawasan kualitas air sungai ini."