LIPUTAN KHUSUS:

Great Barrier Reef Kembali Alami Pemutihan Massal, Sebanyak 91%


Penulis : Kennial Laia

Great Barrier Reef, Australia, alami pemutihan massal ke enam pada 2022.

Perubahan Iklim

Kamis, 12 Mei 2022

Editor : Kennial Laia

BETAHITA.ID -  Sebanyak 91% terumbu karang di Great Barrier Reef, Australia, mengalami pemutihan (bleaching) pada 2022. Ini merupakan pemutihan massal keenam, demikian hasil survei diumumkan oleh pemerintah Australia, Selasa, 11 Mei 2022. 

Pemutihan di ekosistem terumbu karang terbesar di dunia itu disebut karena memburuknya perubahan iklim, yang berujung pada air laut yang semakin hangat. 

Ilmuwan dari Great Barrier Reef Marine Park Authority (GBRMPA) mengonfirmasi pada Maret bahwa ini adalah peristiwa pemutihan karang massal keenam dalam catatan dan keempat sejak 2016. 

Laporan yang berjudul Reef snapshot: summer 2021-22 tersebut menemukan bahwa hampir setiap batu karang yang disurvei di ekosistem seluas 2.300 kilometer terdampak pemutihan.   

Kondisi terkini Great Barrier Reef. Laporan terbaru mengungkap bahwa ekosistem terumbu karang terbesar itu mengalami pemutihan massal keenam pada 2022. Foto: Great Barrier Reef Marine Park Authority

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem laut yang paling indah di bumi. Di beberapa titik siklus hidupnya, sekitar seperempat dan sepertiga dari semua spesies laut bergantung pada makhluk ini. Namun pemanasan yang cepat akibat emisi gas rumah kaca telah meningkatkan suhu air di atas rata-rata, yang menyebabkan stres seperti pemutihan massal.

Menurut ilmuwan dari lembaga otoritas Australia, pemutihan karang cenderung terjadi ketika suhu air jauh lebih hangat dari normal. Namun untuk pertama kalinya, pemutihan massal ini terjadi meskipun sedang La Nina. Peristiwa cuaca ini ditandai dengan suhu yang lebih dingin dari biasanya di seluruh Samudra Pasifik khatulistiwa.

Laporan tersebut meninjau 719 terumbu karang dari pesawat terbang rendah selama musim panas Australia 2021-2022. Hasilnya para peneliti menemukan bahwa 654 terumbu karang atau 91% telah “memutih”.

"Survei mengonfirmasi peristiwa pemutihan massal, dengan pemutihan karang diamati di beberapa terumbu di semua wilayah. Ini adalah peristiwa pemutihan massal keempat sejak 2016 dan keenam terjadi di Great Barrier Reef sejak 1998," jelas Great Barrier Reef Marine Park Authority dalam temuannya. 

Air di Great Barrier Reef mulai menghangat pada Desember 2021. Suhunya melampaui temperatur “maksimum musim panas dalam sejarah”. Ekosistem tersebut dihantam oleh tiga gelombang panas yang berbeda sepanjang musim panas hingga awal April 2022. Menurut laporan tersebut, hal ini meningkatkan “tekanan termal” di seluruh wilayah tengah dan utara terumbu karang.

Terumbu karang yang mengalami stres mengeluarkan ganggang dari dalam jaringannya, yang berdampak pada hilangnya sumber makanan. Jika kondisinya tidak membaik, karang bisa mati kelaparan dan menjadi putih lantaran kerangka karbonatnya terbuka.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa krisis iklim tetap menjadi ancaman terbesar terumbu karang dan “peristiwa yang menyebabkan gangguan pada terumbu menjadi lebih sering.” 

Ini adalah pemutihan massal keempat dalam enam tahun dan yang pertama sejak 2020, ketika sekitar seperempat terumbu karang yang disurvei menunjukkan tanda-tanda pemutihan parah. Peristiwa tersebut hanya terjadi tiga tahun setelah peristiwa pemutihan berturut-turut pada 2016 dan 2017. Sebelumnya pada 1998 dan 2002.

Para ilmuwan mengatakan waktu hampir habis bagi terumbu karang untuk dapat pulih dan bahwa pemerintah perlu segera mengatasi akar penyebabnya, yakni krisis iklim.

Great Barrier Reef adalah salah satu harta nasional Australia, membentang sekitar 2.300 kilometer di pesisir Queensland. Sebelum pandemi, sekitar tiga juta wisatawan mengunjungi area ini setiap tahun.

Pemerintah Australia telah menghadapi tekanan berkepanjangan dari UNESCO untuk membuktikan bahwa tindakannya cukup untuk menyelamatkan terumbu karang. Mereka juga dipanggil oleh para ahli iklim global karena dianggap tidak berbuat cukup untuk mengalihkan Australia dari bahan bakar fosil dan memangkas emisi gas rumah kaca.

Publikasi laporan itu muncul setelah para ilmuwan terkemuka meminta badan tersebut untuk merilis temuannya sebelum pemilihan federal pada 21 Mei.