LIPUTAN KHUSUS:

Bumi Semakin Mendekati Batas Kenaikan Suhu yang Aman 1.5C


Penulis : Kennial Laia

Menurut studi yang dirilis Badan Meteorologi Dunia, ilmuwan memprediksi Bumi akan melewati ambang batas aman 1.5C dalam lima tahun ke depan.

Perubahan Iklim

Rabu, 11 Mei 2022

Editor : Kennial Laia

BETAHITA.ID -  Untuk pertama kalinya, Bumi semakin mendekati batas pemanasan global 1.5C. Perkiraan terbaru para ilmuwan, probabilitasnya melewati 50% dalam lima tahun mendatang.

Target 1.5C ditentukan oleh pemerintah di seluruh dunia dalam Perjanjian Paris pada 2015. Batas tersebut dianggap aman untuk mencegah dampak krisis iklim yang katastrofik.

Pada tahun tersebut, ilmuwan menyatakan tidak ada kemungkinan hal ini terjadi dalam lima tahun berikutnya. Namun, studi yang dipimpin oleh Met Office Inggris itu menemukan bahwa kemungkinan melonjak menjadi 20% pada 2020 dan 40% pada 2021. Sebagai catatan, suhu rata-rata global 1,1C di atas tingkat pra-industri pada 2021.

Tahun 2026 hampir dipastikan akan menjadi periode terpanas yang pernah tercatat, dengan probabilitas sebesar 93%. Ini akan melampaui 2015, saat peristiwa iklim El Niño alami meningkatkan suhu planet. Selain itu, hampir pasti bahwa suhu rata-rata lima tahun ke depan akan lebih tinggi dibanding lima tahun terakhir akibat meningkatnya krisis iklim.

Petugas evakuasi mendayung perahu di tengah banjir yang melanda Belgia Juli lalu. Foto: pbs.org

“Angka 1.5C bukanlah statistik acak. Ini lebih merupakan indikator titik di mana dampak iklim akan menjadi semakin berbahaya bagi manusia dan bahkan seluruh planet,” kata Prof Petteri Taalas, kepala Organisasi Meteorologi Dunia, yang menerbitkan laporan tersebut, Selasa, 10 Mei 2022.

“Selama kita terus mengeluarkan gas rumah kaca, suhu akan terus meningkat,” ujar Prof Taalas. “Selain itu, lautan kita akan terus menjadi lebih hangat dan lebih asam, es laut dan gletser akan terus mencair, permukaan laut akan terus naik, dan cuaca kita akan menjadi lebih ekstrem.”

Siklus iklim alami dapat mendorong suhu global naik atau turun. Namun aktivitas manusia, seperti pembakaran energi fosil oleh transportasi dan industri, mempercepat prosesnya. Perjanjian Paris mengharuskan negara-negara menahan kenaikan hingga 1.5C. Jika terlampaui, akan berdampak parah bagi miliaran orang.

“Satu tahun terlampaui di atas 1.5C tidak berarti kita telah melanggar ambang batas ikonik dari Perjanjian Paris. Namun itu mengungkapkan bahwa kita semakin mendekati situasi di mana 1.5C dapat dilampaui untuk waktu yang lama,” kata Dr. Leon Hermanson, di Kantor Met, dikutip The Guardian.

“Kemungkinan melampaui ambang 1,5C, meskipun hanya untuk satu tahun, sangat mengkhawatirkan,” kata Dr Andrew King, dari University of Melbourne. “Emisi gas rumah kaca kita masih mendekati rekor tertinggi dan sampai kita menurunkan emisi menjadi nol, kita akan terus melihat pemanasan global. Pengurangan emisi yang cepat dan drastis sangat dibutuhkan.”

Prakiraan tahunan memanfaatkan sistem prediksi terbaik dari pusat iklim di seluruh dunia untuk menghasilkan informasi praktis bagi para pembuat keputusan. Ini menemukan peluang hujan yang lebih tinggi pada 2022 dibandingkan dengan rata-rata 30 tahun terakhir di Eropa utara, Sahel, Brasil timur laut dan Australia. Sementara kondisi yang lebih kering dari biasanya diperkirakan untuk Eropa barat daya dan Amerika Utara barat daya.

Prof Taalas juga memperingatkan pemanasan yang sangat cepat terjadi di kutub utara. "Pemanasan Arktik sangat tinggi dan apa yang terjadi di Kutub Utara memengaruhi kita semua."

Menyusutnya es laut dan dampaknya telah dikaitkan dengan peristiwa cuaca ekstrem di Eropa, Amerika Utara, dan Asia, termasuk gelombang panas, banjir, dan bahkan badai salju.

Perkiraan tersebut menunjukkan bahwa kenaikan suhu Kutub Utara akan tiga kali lebih besar dari rata-rata global selama lima tahun ke depan.