LIPUTAN KHUSUS:
Ahli: Penguin Kaisar Terancam Punah karena Perubahan Iklim
Penulis : Tim Betahita
Perubahan iklim berisiko membuat populasi spesies penguin kaisar punah dalam kurun waktu 30 hingga 40 tahun ke depan.
Konservasi
Senin, 09 Mei 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Ahli dari Argentine Antarctic Institute (IAA) memperingatkan, bahwa penguin kaisar (Aptenodytes forsteri) yang hidup di laut dingin Antartika mengalami ancaman kepunahan.
Hal itu disebabkan karena perubahan iklim, yang berisiko membuat populasi spesies penguin kaisar punah dalam kurun waktu 30 hingga 40 tahun ke depan.
Dijelaskan ahli biologi di IAA, Marcela Libertelli perubahan iklim akan membuat air laut yang membeku jadi mencair sebelum waktunya.
Pada saat itu terjadi, penguin kaisar tidak akan dapat mencapai siklus reproduksinya secara optimal. Dengan demikian, mereka berisiko mati dan mengalami kepunahan dalam beberapa dekade ke depan.
"Jika air (laut beku yang mencair) mencapai penguin baru lahir, yang tidak siap untuk berenang dan tidak memiliki bulu tahan air, mereka akan mati kedinginan dan tenggelam," ujar Libertelli akhir pekan lalu.
Berdasarkan catatan, penurunan jumlah penguin kaisar terjadi di Teluk Halley di Laut Weddell selama tiga tahun terakhir. Padahal, mereka adalah koloni penguin kaisar terbesar kedua di dunia.
Saat ini Libertelli beserta ilmuwan dari Pangkalan Marambio Argentina di Antartika, rutin melakukan penelitian terhadap koloni penguin kaisar terdekat. Mereka menempuh perjalanan sejauh 65 km setiap hari di bulan Agustus, ketika suhunya mencapai minus 40 derajat Celcius.
Di sana mereka menghitung, menimbang, dan mengukur anak penguin. Kemudian, mengumpulkan koordinat geografis, mengambil sampel darah, serta melakukan analisis udara. Hasil temuan para ilmuwan menunjukkan bila perubahan iklim tidak segera diatasi, spesies penguin kaisar akan sangat terancam keberadaannya.
"Proyeksi (Iklim) menunjukkan bahwa koloni yang terletak antara garis lintang 60 dan 70 derajat (selatan) akan menghilang dalam beberapa dekade mendatang, yaitu, dalam 30 atau 40 tahun ke depan," kata Libertelli.
Menurut dia, kepunahan penguin kaisar dapat berdampak signifikan di seluruh Antartika, yang merupakan lingkungan bagi sedikit anggota dari rantai makanan.
"Hilangnya spesies apa pun adalah tragedi bagi planet ini (Bumi). Terlepas dari apakah ukurannya kecil atau besar, tumbuhan atau hewan. Ini adalah kerugian bagi keanekaragaman hayati," paparnya.
Pada awal April 2022 lalu Organisasi Meteorologi Dunia, mengatakan hal yang senada mengenai ancaman kepunahan penguin kaisar. Pihaknya menyebut, suhu yang semakin ekstrem, curah hujan yang tidak biasa dan cairnya es di Antartika adalah kondisi yang mengkhawatirkan. Sementara, lapisan es di Antartika bahkan telah menipis setidaknya sejak tahun 1999.
Selain itu, Libertelli juga menyoroti maraknya bisnis pariwisata maupun penangkapan ikan di Antartika yang turut membahayakan masa depan penguin kaisar. Ia mengungkapkan kondisi ini dapat memengaruhi krill, yakni salah satu sumber makanan utama penguin serta spesies lainnya.
"Perahu wisata kerap memberikan efek negatif di Antartika, seperti halnya perikanan. Hal yang penting adalah adanya kontrol lebih besar (terhadap penangkapan ikan di Antartika)," ujar Libertelli.
Di sisi lain, studi yang dipublikasikan di jurnal Global Change Biology menunjukkan jika emisi gas rumah kaca berlanjut pada kecepatan seperti sekarang, beberapa spesies akan mengalami kepunahan semu. Artinya spesies dapat bertahan hidup tetapi dalam jumlah yang sangat rendah, sehingga populasinya akan hancur.
Dilansir dari Smithsonian, studi itu menyebutkan, hanya dalam waktu kurang 30 tahun atau pada 2050 peneliti memperkirakan sekitar 70 persen koloni penguin kaisar akan punah. Sedangkan pada tahun 2100, sebanyak 98 persen koloni penguin diperkirakan akan punah.
United States Fish and Wildlife Service (USFWS), pun telah membuat proposal untuk memasukkan penguin kaisar di bawah Undang-undang Spesies Terancam Punah. "Perubahan iklim berdampak pada berbagai spesies di seluruh dunia. Keputusan yang dibuat oleh pembuat kebijakan hari ini dan selama beberapa dekade mendatang akan menentukan nasib penguin kaisar," ucap Wakil Direktur Utama USFWS, Martha Williams.
Kaisar adalah jenis penguin terbesar di dunia, yang umumnya hidup di Antartika yang sangat dingin. Penguin kaisar juga merupakan satu dari dua jenis penguin endemik di wilayah tersebut. Para betina biasanya bertelur selama musim dingin di Antartika, dan membutuhkan es di lautan yang padat mulai dari bulan April hingga Desember.
Sebab, penguin kaisar menggunakan es tersebut sebagai tempat bersarang bagi anak-anaknya yang masih berusia muda. Adapun siklus siklus reproduksi penguin ini diketahui memiliki durasi terpanjang di antara penguin lainnya. Setelah anak penguin menetas, ayah atau ibu penguin selalu menggendongnya di antara kedua kaki untuk memberikan kehangatan. Kebiasaan ini dilakukan sampai anak penguin menumbuhkan bulu yang bisa menghangatkan dirinya sendiri.