LIPUTAN KHUSUS:
Studi: Polusi Udara Dapat Memengaruhi Kualitas Sperma
Penulis : Tim Betahita
Peneliti di Tiongkok mengungkap kemungkinan pengaruh polusi udara terhadap kualitas air mani. Dibutuhkan studi lebih lanjut.
Lingkungan
Minggu, 20 Februari 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Para peneliti dalam studi terbaru mengungkap, polusi udara memengaruhi kualitas air mani, terutama motilitas sperma. Ini merupakan kemampuan sperma untuk berenang ke arah yang benar.
Studi tersebut menganalisis sampel sperma lebih dari 30.000 pria di Tiongkok. Penelitian tersebut, hari ini di jurnal JAMA Networks, menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran partikel polusi di udara, semakin besar hubungannya dengan kualitas sperma yang buruk.
“Temuan kami menunjukkan bahwa fraksi ukuran partikel yang lebih kecil mungkin lebih kuat ketimbang fraksi yang lebih besar dalam menginduksi motilitas sperma yang buruk,” tulis peneliti dalam laporan tersebut, Jumat, 18 Februari 2022.
Para peneliti percaya bahwa temuan ini menyoroti alasan lain untuk perlunya mengurangi paparan polusi udara di antara pria di usia reproduksi mereka.
Para peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Tongji di Shanghai melihat data dari total 33.876 pria dari 340 kota di Tiongkok. Rata-rata berusia 34 tahun, dengan tingkat paparan polusi udara yang bervariasi, serta yang istrinya hamil melalui bantuan teknologi reproduksi dengan sperma mereka antara Januari 2013 dan Desember 2019.
Peneliti kemudian mencari pola antara kualitas air mani dalam kaitannya dengan apakah para peserta telah terpapar sejumlah partikel yang berdiameter lebih kecil dari 2,5 mikrometer, antara 2,5 dan 10 mikrometer, dan 10 mikrometer, dalam berbagai momen penting selama 90 hari sebelum kunjungan ke rumah sakit untuk ejakulasi air mani.
Untuk menentukan kualitas air mani, para peneliti berkonsentrasi pada faktor-faktor seperti jumlah sperma, konsentrasi, dan motilitas sperma.
Hasilnya, para peneliti tidak dapat menemukan hubungan yang signifikan antara polusi udara dan kualitas sperma dalam hal jumlah atau konsentrasi sperma. Namun, mereka menemukan bahwa semakin banyak peserta terpapar partikel yang lebih kecil, semakin rendah motilitas sperma progresif dan total.
Motilitas sperma progresif adalah kemampuan sperma untuk berenang ke depan, sedangkan motilitas sperma total hanya mengacu pada kemampuan sperma untuk berenang secara umum.
Secara spesifik ketika pria terkena partikel yang berdiameter lebih kecil dari 2,5 mikrometer. Diperkirakan terjadi penurunan motilitas sperma sebesar 3,6%, sedangkan saat terkena partikel berdiameter 10 mikrometer, terjadi penurunan motilitas sperma sebesar 2,44%.
Artinya ada kemungkinan bahwa fraksi ukuran partikel yang berbeda mungkin memiliki efek yang berbeda pada kualitas air mani. Para peneliti menduga, semakin kecil partikelnya, semakin besar kemungkinan untuk melakukan perjalanan lebih dalam ke paru-paru manusia.
Data menunjukkan bahwa efek polusi lebih menonjol ketika paparan terjadi selama bagian awal 90 hari pembuatan sperma — yang disebut spermatogenesis — dibandingkan dua fase lainnya. Menurut para peneliti, hal ini dapat berarti partikel memengaruhi sperma pada tingkat genetik. Namun ini baru spekulasi, dan ada lebih banyak penelitian yang harus dilakukan di bidang ini.