LIPUTAN KHUSUS:
Krisis Iklim: Peringatan Kiamat Es dari Alaska untuk Dunia
Penulis : Sandy Indra Pratama
Rangkaian cuaca ekstrem ini mendorong aparat setempat untuk mencuatkan peringatan "Icemageddon" atau "kiamat es".
Perubahan Iklim
Minggu, 02 Januari 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Alaska yang dinobatkan sebagai negara bagian terdingin di Amerika Serikat, mencatatkan hari terpanasnya dalam sejarah pada Desember, kemarin. Pada Minggu (26/12), suhu di Pulau Kodiak melonjak hingga mencapai 19,4 derajat Celsius—hampir tujuh derajat lebih hangat dari rekor sebelumnya di Alaska.
Akan tetapi, suhu di area lain di Alaska, justru anjlok ke taraf yang belum pernah tercapai sebelumnya. Rangkaian cuaca ekstrem ini mendorong aparat setempat untuk mencuatkan peringatan "Icemageddon" atau "kiamat es".
Di Kota Ketchikan, bagian tenggara Alaska, suhu turun hingga minus 18 derajat Celsius pada 25 Desember—salah satu suhu terdingin di kota itu pada saat Natal selama seabad terakhir.
Curah hujan dan salju juga membuat jalan-jalan tertutup es sekeras semen.
Para pakar mengatakan, dampak hembusan udara hangat dari Hawaii menjadikan udara Alaska lebih lembab. Padahal, udara Alaska biasanya dingin dan kering selama bulan Desember.
Konsekuensinya, hujan deras dan badai salju sangat berpotensi melanda kawasan yang jauh dari wilayah pesisir.
Salju lebat dan hujan deras yang membuat sejumlah kawasan di Alaska tertutup es berakibat pada padamnya listrik serta penutupan jalan dan kantor.
Departemen Transportasi dan Fasilitas Umum Negara Bagian Alaska memperingatkan pengguna jalan untuk mewaspadai lapisan es tebal di berbagai ruas jalan.
"Es sangat sulit disingkirkan begitu melekat pada permukaan jalan. Meskipun suhu hangat…jalanan berada pada suhu di bawah nol, yang menyebabkan es menyatu dengan permukaan," sebut departemen itu di Twitter.
Lapisan es tersebut amat mungkin melekat pada jalan sampai setidaknya bulan Maret atau April, kata ilmuwan iklim Rick Thoman, yang bekerja untuk Pusat Pemantauan dan Kebijakan Iklim Alaska, kepada BBC.
Badai salju terganas sejak 1937 menerjang Kota Fairbanks saat Natal sehingga salju turun setebal 25,4 cm. Sedemikian banyak salju turun pada Minggu (26/12), menyebabkan atap satu-satunya toko kelontong di Kota Delta Junction rubuh.
Menurut Thoman, suhu panas dan dingin yang berlangsung secara ekstrem selama dua dekade terakhir adalah pertanda perubahan iklim.
"Ketika semua kejadian berlangsung secara bersamaan di bumi yang menghangat, kita akan mengalami kejadian-kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Itu yang kami duga," jelasnya.
Cuaca ekstrem ini belum selesai. Suhu di Kota Fairbanks diperkirakan bakal mencapai minus 29 derajat Celcius pada akhir pekan ini.
Meski demikian,menurut perkiraan Thoman, suhu yang hangat dan lembab akan semakin umum terjadi di masa depan.
"2021 sepertinya menjadi tahun saat kejadian-kejadian ekstrem ini benar-benar mengemuka," kata Thoman kepada BBC.