LIPUTAN KHUSUS:
Tren Ekspansi dan Pergeseran Episentrum Sawit Indonesia
Penulis : Kennial Laia
Perkebunan kelapa sawit Indonesia meningkat selama dua dekade terakhir. Seiring itu, terjadi ekspansi besar-besaran dengan perubahan episentrum sawit.
Sawit
Selasa, 28 Desember 2021
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Kelapa sawit memiliki sejarah panjang di Indonesia. Diperkenalkan sebagai tanaman hias oleh ilmuwan Belanda pada 1848, kini menjadi salah satu komoditas paling menjanjikan. Sawit disebut sebagai penyumbang devisa ekspor terbesar negara.
Namun, dari tahun ke tahun, ekspansi perkebunan kelapa sawit milik korporasi terus meluas. Menurut Direktur Data Yayasan Auriga Nusantara Dedy P. Sukmara, selama 20 tahun terakhir terjadi ekspansi kebun di masing-masing pulau terbesar Indonesia.
Dedy mengatakan, berdasarkan analisis citra Landsat, Indonesia telah memiliki kebun sawit seluas 7,7 juta hektare sebelum tahun 2000, yang berlokasi di Pulau Sumatra. Luas tersebut 48% dari total sawit nasional yang ada saat ini yakni 16,24 juta hektare.
“Sisanya sekitar 52% merupakan ekspansi pada periode 2000-2019. Artinya, setidaknya ada penambahan tutupan sawit dalam dua dekade sekitar 8,47 juta hektare,” kata Dedy kepada Betahita, Rabu (22/12).
Jika dibandingkan dengan luas sawit eksisting sebelum tahun 2000, maka bisa disimpulkan bahwa ekspansi lebih dari 100%, lanjut Dedy.
Berdasarkan regio, data tahun 2019 mengungkap Sumatra sebagai pulau dengan tutupan sawit terluas. Secara kumulatif, pulau ini memiliki sekitar 9,5 juta hektare. Jumlah itu hampir 60 persen dari total sawit nasional.
Sementara itu selama periode 2000-2019, perkebunan sawit di Sumatra meningkat 3,6 juta hektare. Namun Dedy mengatakan ekspansi di area ini bukanlah yang tertinggi.
Berdasarkan regio, Kalimantan mengalami lonjakan ekspansi paling tinggi. Mengutip data Auriga, pulau tersebut memiliki sekitar 1,5 juta hektare tutupan sawit pada tahun 2000. Jauh lebih kecil dibandingkan dengan Sumatra. Namun selama dua dekade, konsesi sawit meluas hingga 76% atau naik 4,6 juta hektare. Sehingga total sawit eksisting saat ini di Borneo Indonesia menjadi 6,3 juta hektare.
Namun dalam 10 tahun terakhir, episentrum perluasan kebun sawit beringsut ke wilayah timur Indonesia. Menurut Dedy, provinsi seperti Maluku, Papua, dan Papua Barat mengalami lonjakan jumlah perizinan komoditas tersebut mencapai empat kali lipat sejak tahun 2000.
Tanah Papua, misalnya, mengalami lonjakan luas kebun sawit dari 50.000 hektare pada 2000 menjadi 250.000 hektare pada 2019. “Ini menyumbang sekitar 80% dari tutupan sawit yang sekarang ada di Papua selama 10 tahun terakhir,” kata Dedy.
Kepulauan Maluku juga mengalami perluasan. Diketahui 96% dari sawit yang ada saat ini berkembang dalam 10 tahun terakhir. Hal serupa terjadi dengan Sulawesi.