LIPUTAN KHUSUS:
Sindir COP26 Menteri Luar Negeri Tuvalu Pidato Sembari Berendam
Penulis : Tim Betahita
Pernyataan yang ada di COP26 berbanding terbalik dengan situasi nyata yang dihadapi Tuvalu akibat perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut.
Perubahan Iklim
Selasa, 09 November 2021
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Menteri Luar Negeri Tuvalu, Simon Kofe, memberikan pidato untuk Konferensi Perubahan Iklim (COP26) di pantai laut. Kofe berdiri menceburkan diri dengan lutut terendam air laut, sembari ditemani bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan bendera kebangsaan negara itu.
"Pernyataan yang ada di COP26 berbanding terbalik dengan situasi nyata yang dihadapi Tuvalu akibat perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut. Ia juga menyampaikan tindakan berani Tuvalu untuk mengatasi masalah kemanusiaan yang sangat mendesak akibat perubahan iklim," ucap Kofe dalam pesan video yang diberikan untuk konferensi tersebut.
Video ini direkam oleh penyiar publik TVBC di Fongafale, Funafuti, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, gambar Kofe berpidato di pinggir laut dengan jas dan dasi di mimbar yang dirangkai di tengah laut, dengan celana yang dilipat selutut, beredar luas di media sosial.
Mengutip SBS, foto-foto terkait perfilman pidato tadi mendapatkan banyak perhatian dan pujian di media sosial.
Masyarakat Terumbu Karang Internasional menjadi salah satu orang yang memuji tindakan Kofe ini.
"Ketika Anda bisa datang dalam COP26, atau ketika Anda tidak mau (karena jejak karbonnya yang tinggi), lalu mengapa tidak membuat (isu) tadi masuk (ke konferensi), dan mengirimkan pesan yang tepat. Seorang menteri di Tuvalu, Simon Kofe, hari ini merekam pernyataan video untuk #COP26 dengan melakukan hal itu," ucap organisasi itu dalam akun twitter mereka.
Tuvalu menjadi salah satu negara yang terancam tenggelam akibat perubahan iklim. Tuvalu adalah rumah bagi 11.792 orang, yang sebagian besar tinggal di pulau terbesar, Fongafale. Total luas lahan negara itu kurang dari 26 km persegi.
Pada 2019, pemerintah Tuvalu mengungkapkan bahwa dua pulau di negara itu berada di ambang kehancuran akibat kenaikan air laut dan erosi pantai.
Sebagian besar pulau negara itu terletak hampir tiga meter di atas permukaan laut, dikutip The Guardian.