LIPUTAN KHUSUS:
Tekad Industri Wiski Menekan Karbon
Penulis : Aryo Bhawono
Jika tak berhasil menghadang perubahan iklim dengan net-zero energy, maka industri minuman keras ini akan hancur karena kehilangan bahan pokok untuk produksi.
Energi
Rabu, 13 Oktober 2021
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID -Industri wiski di Skotlandia menghasilkan karbon yang tinggi. Paling tidak sebanyak sembilan penyulingan minuman keras di Pulau Islay, Skotlandia, membakar 15 juta liter minyak tiap tahun untuk kepentingan produksi. Tapi kini tekad untuk menekan penggunaan bahan bakar fosil mulai dilakukan.
Perusahaan produsen wiski, Bruichladdich, mulai melakukan inovasi produksinya dengan menggunakan inovasi produksi hidrogen hijau. Teknologi ini memanfaatkan listrik hijau dan elektrolisis air untuk produksi. Mereka berupaya meninggalkan penggunaan gas alam yang menciptakan CO2 dalam prosesnya.
Teknik produksi hidrogen Bruichladdich dirancang oleh Protium, sebuah perusahaan energi yang berbasis di London. Perusahaan itu mendapat pendanaan sebesar 74.000 Poundsterling dari pemerintah Inggris.
Pemerintah Inggris sendiri menyisihkan 10 juta Poundsterling untuk membantu industri wiski dan minuman beralkohol Inggris menekan karbon produksi menjadi nol.
Kedepannya pun mereka akan memanfaatkan energi terbarukan yang dipasang di sekitar pulau selama beberapa tahun ke depan seperti pembangkit listrik tenaga angin hingga tenaga pasang surut.
Kepala Eksekutif Bruichladdich, Douglas Taylor, percaya jika teknologi ini berhasil maka akan membantu memberi daya listrik pada penyulingan, bisnis, dan kebutuhan rumah tangga di Islay. Pemanfaatan teknologi ini pun dapat mengubah pulau yang kini menjadi proyek percontohan energi pasang surut.
“Kami memiliki pandangan ‘berpikir besar, mulai dari yang kecil, tapi lakukan segera’. Dan itu yang anda butuhkan dalam industri ini, mengambil langkah berani dan keberanian mewakili perubahan,” ucap Taylor seperti dikutip dari theguardian.com.
Upaya Bruichladdich ini merupakan langkah kecil menekan karbon dari industri wiski di Skotlandia. Negara itu memiliki 134 produsen wiski yang menggantungkan produksinya dengan bahan bakar minyak. Minyak-minyak itu didatangkan dengan feri berbahan diesel ke pabrik-pabrik untuk menyalakan boiler. Sembilan penyulingan di Pulau Islay sendiri membakar 15 juta liter minyak tiap tahun.
Perusahaan itu tak sendirian sejumlah penyulingan mulai beralih menggunakan energi boiler biomassa untuk menggantikan minyak dan gas. Pada awal Agustus lalu, Diageo, produsen scotch terbesar, mengumumkan rencana untuk memasang pembangkit listrik tenaga surya 4MW di dekat pabrik pengemasannya di Kota Fife, yang menggunakan 12.000 panel surya.
Penyulingan Nc'Nean, perusahaan wiski kecil, di Argyll, juga mulai melakukan investasi energi ketel biomassa berbahan bakar serpihan kayu dan hutan tanaman komersial.
“Saya merasa semua bisnis memiliki tanggung jawab untuk melakukan apa yang bisa mereka lakukan untuk mengurangi krisis iklim. Jika anda memulai penyulingan baru, tidak dapat dimaafkan untuk melakukan apa pun selain mencoba dan menggunakan energi terbarukan,” kata Annabel Thomas, pendiri Nc'Nean.
Menekan karbon untuk industri wiski di negara itu mendapat prioritas. Wiski adalah produk ekspor paling berharga di Inggris, yakni senilai hampir 5 miliar Poundsterling pada 2019. Tetapi selama ini penyulingan untuk produksinya bergantung pada pembakaran gas dan bahan bakar minyak untuk daerah terpencil.
Jika mereka tidak berhasil mencegat pemanasan global, industri ini juga akan mengalami kehancuran karena berdampak pada jelai Skotlandia dan pasokan air bersih yang menjadi bahan wiski bermutu.
Tak ayal jika Scotch Whisky Association (SWA) mematok target untuk mencapai net-zero carbon pada 2040, seperti dikutip dari Forbes. Target ini lebih cepat dari patokan yang ditentukan oleh pemerintah Inggris dan Industri di negara itu pada umumnya.