LIPUTAN KHUSUS:
Gelombang Panas Merambat ke Korea Utara
Penulis : Tim Betahita
Stasiun televisi nasional Korea Utara melaporkan bahwa suhu udara di sejumlah daerah mencapai 38 derajat Celsius akibat gelombang panas tersebut.
Perubahan Iklim
Jumat, 23 Juli 2021
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Setelah Amerika Utara, lalu wilayah-wilayah Amerika Utara, kini giliran Korea Utara dilaporkan diterjang gelombang panas yang membuat warga kian sengsara di tengah krisis pangan.
Stasiun televisi nasional Korea Utara melaporkan bahwa suhu udara di sejumlah daerah mencapai 38 derajat Celsius akibat gelombang panas tersebut.
AFP melaporkan bahwa temperatur di Ibu Kota Korut, Pyongyang, juga lebih tinggi dari rata-rata suhu harian, yaitu mencapai 35 derajat Celsius.
Sejumlah warga Pyongyang, menurut kentor berita Perancis itu, terlihat beraktivitas di ruas-ruas jalan menggunakan payung atau kipas.
Meski cuaca panas, para warga Korut terlihat masih mengenakan masker demi menghindari penularan Covid-19.
Para warga dilaporkan semakin tak tahan dengan gelombang panas ini karena sebagian besar rumah penduduk di Korut tak memiliki AC.
Berdasarkan riset terbaru, memang hanya seperempat populasi Korut yang memiliki akses listrik di rumahnya.
Surat kabar pemerintah Korut, Rodong Sinmun, pun melansir peringatan agar warga waspada akan dampak gelombang panas tersebut terhadap kesehatan.
"Pejabat dan para pekerja di lapangan dan seluruh kawasan di negara ini harus menyebar kampanye untuk menghindari kekacauan akibat gelombang panas dan kekeringan parah ini," demikian pernyataan di Rodong Sinmun.
Pernyataan pemerintah itu juga menegaskan bahwa para pejabat Kementerian Kehutanan harus mewaspadai kebakaran hutan.
Sementara itu, para pekerja bidang agrikultur juga diminta mewaspadai kemunculan wabah pes dan kerusakan tanaman lain akibat gelombang panas.
Pemerintah Korut merilis pernyataan ini guna menghindari bencana lebih jauh di tengah pandemi Covid-19.
Korut memang sangat rentan bencana karena infrastruktur mereka yang lemah. Penggundulan lahan juga membuat area pertanian mudah kebanjiran.
Serangkaian topan pada tahun lalu saja memicu banjir yang membuat pertanian rusak. Akibatnya, Korut mengalami krisis pangan di tengah pandemi Covid-19.