LIPUTAN KHUSUS:

Sumur Migas Medco Keluarkan Gas, Ratusan Warga Dievakuasi


Penulis : Tim Betahita

Sebanyak 259 jiwa dari 155 kepala keluarga di Desa Panton Rayeuk T, Kecamatan Banda Alam, Kecamatan Aceh Timur mengungsi akibat dampak asap gas beracun.

Energi

Senin, 12 April 2021

Editor :

BETAHITA.ID -  Sebanyak 259 jiwa dari 155 kepala keluarga di Desa Panton Rayeuk T, Kecamatan Banda Alam, Kecamatan Aceh Timur mengungsi akibat dampak asap gas beracun dari Sumur Aleu Siwah-11 milik PT Medco E&P Malaka. ”Ada 259 jiwa warga Panton Rayeuk T kini harus mengungsi ke kantor Camat Banda Alam di Desa Panton Rayeuk M,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Timur Ashadi, akhir pekan lalu.

Dari jumlah total warga terdampak, 65 warga lain mengalami gejala seperti pusing muntah-muntah, sesak nafas, serta muntah darah semuanya telah mendapatkan perawatan medis.

Ashadi menambahkan, pihaknya telah menyiapkan dua unit tenda dan ambal di lokasi pengungsi. Tak hanya itu Dinas Sosial Aceh Timur juga turut menyediakan dapur umum di lokasi pengungsi.

”Semua korban telah tertangani dan sampai saat ini kondisi aman terkendali. Kami juga belum bisa memastikan kapan warga yang mengungsi tersebut kembali,” kata Ashadi.

Aktivitas pertambangan minyak bumi

PT Medco E&P Malaka menjanjikan menanggung seluruh biaya pengobatan warga yang terdampak akibat asap gas beracun dari Sumur Alue Siwah-11 milik perusahaan itu.

”Kami terus melakukan pendampingan dan memonitor perkembangan kesehatan warga dan memastikan seluruh biaya akan ditanggung perusahaan,” kata VP Relations & Security PT Medco E&P Indonesia Arif Rinaldi.

”Perusahaan juga telah menyalurkan berbagai kebutuhan bagi masyarakat yang mengungsi di kantor Camat Banda Alam,” tambah Arif Rinaldi.

Dia menyebutkan beberapa kebutuhan pokok yang disediakan seperti beras organik, gula pasir, minyak goreng, sarden, telur, mi instan dan minuman suplemen.

”Perusahaan turut menyerahkan kebutuhan masyarakat yang lain seperti kain sarung dan tikar. Bantuannya kami serahkan kepada Camat Banda Alam untuk dapat dimanfaatkan masyarakat terdampak,” kata Arif Rinaldi.

Lebih dari itu, Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) terus memantau dan mengawasi sumur migas PT Medco E&P Malaka di Aceh Timur yang mengeluarkan semacam gas beracun. Kejadian itu menyebabkan sejumlah warga dilarikan ke rumah sakit.

”Kami terus mengawasi sumur AS Medco yang sebelumnya mengeluarkan asam sulfat, sehingga terhirup warga. Ada 11 warga masih dirawat di rumah sakit akibat kejadian tersebut,” kata Deputi Operasi BPMA Edy Kurniawan di Banda Aceh, seperti dilansir dari Antara Sabtu kemarin.

Edy Kurniawan mengatakan, dari koordinasi BPMA dengan perusahaan migas itu, Sumur Alue Siwah (AS) 11 saat ini sudah ditutup setelah ada kejadian yang menyebabkan warga masuk rumah sakit. Awalnya, sumur AS 11 itu dibuka pada Jumat (9/4) pukul 00.40 untuk perawatan rutin guna meningkatkan produktivitas. Perawatan, termasuk melakukan pembakaran atau flaring gas asam sulfat.

”Kemudian, ada laporan dari masyarakat terkait gas asam sulfat ini, sehingga sumur tersebut langsung ditutup. Proses perawatan sumur tersebut sudah dilakukan sesuai prosedur dan ini biasa dilakukan di sumur-sumur migas,” terang Edy Kurniawan.

Selain mengawasi sumur tersebut, BPMA mengingatkan PT Medco E&P Malaka memastikan penanganan korban terdampak gas beracun tersebut dilakukan dengan baik.

”Ada 11 korban masih dirawat di rumah sakit, 10 di antaranya dirawat di dua rumah sakit di Aceh Timur serta seorang lagi dirujuk ke rumah sakit di Banda Aceh,” ujar Edy Kurniawan.

VP Relations & Security PT Medco E&P Indonesia Arif Rinaldi mengatakan, pihaknya bersama instansi terkait memfokuskan penanganan dampak dari asap kegiatan pembakaran gas Sumur Aleu Siwah-11 yang sedang dalam proses perawatan.

”Perusahaan telah menghentikan aliran sumur setelah mendapatkan informasi adanya warga keracunan di Desa Panton Rayeuk T, Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur,” terang Arif Rinaldi.

Selain itu, pihak perusahaan juga terus melakukan koordinasi dengan puskesmas, aparat desa, dan pihak keamanan setempat untuk menyalurkan bantuan logistik ke warga yang mengalami dampak dari aktivitas itu.

”Kami juga telah berkoordinasi dengan Badan Pengelola Migas Aceh atau BPMA dan mohon dukungan masyarakat, pemerintah dan pemangku kepentingan setempat dalam penanganan kejadian ini,” kata Arif Rinaldi.