LIPUTAN KHUSUS:

Penambang Liar Kembali Serbu Bekas Tambang Emas di Dongi-Dongi


Penulis : Sandy Indra Pratama

Para penambang bebas melakukan kegiatan karena sudah tidak lagi dijaga oleh petugas baik dari aparat kepolisian maupun Polisi Kehutanan.

Tambang

Senin, 15 Februari 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Para penambang yang datang dari berbagai daerah menyerbu lokasi eks Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Dongi-Dongi, yang berada dalam kawasan konservasi Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Berdasarkan laporan Antara dari lokasi PETI Dongi-Dongi, Senin (15/2), kondisi di lokasi saat ini sangat memprihatinkan. Sebab lokasi telah dikuasai sepenuhnya oleh para penambang yang berasal dari luar Sulawesi Tengah. Sebagian besar penambang yang ada di PETI Dongi-Dongi berasal dari Sulawesi Utara (Sulut), Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Pulau Jawa.

Para penambang bebas melakukan kegiatan karena sudah tidak lagi dijaga oleh petugas baik dari aparat kepolisian maupun Polisi Kehutanan. Para petugas telah ditarik keluar sejak beberapa waktu lalu.

Ede, salah seorang penambang, berkata sejak Desember 2020 aparat keamanan maupun petugas Polhut yang ditempatkan di pintu masuk ke lokasi maupun di dalam areal PETI Dongi-Dongi sudah tidak lagi melakukan pengawasan dan penjagaan. Keamanan yang longgar itu membuat penambang bebas menambang di lokasi PETI Dongi-Dongi yang berjarak sekitar 1,5 km dari jalan raya Palu-Napu di wilayah Dongi-Dongi.

Direktorat Jenderal Penegakan Hukum KLHK menutup lubang tambang emas ilegal di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone seluas 1,15 hektare, Selasa, 12 Oktober 2020. Foto: Istimewa

Diperkirakan jumlah penambang di lokasi PETI Dongi-Dongi saat ini mencapai sekitar 4.000 orang.

Saat ini, area penambangan terpantau semakin luas. Kalau dahulu lokasi penambangan emas ilegal hanya di kawasan areal sekitar 15 hektare , kini meluas sampai ke kebun kakao milik masyarakat.

Para penambang melakukan aktivitas pada pagi hari dan malam hari. Pada malam hari mereka menambang dengan menggunakan penerangan listrik (mesin genset).

Rata-rata penambang telah mendirikan tenda-tenda di sekitar maupun di areal PETI Dongi-Dongi agar mereka bisa bekerja di waktu malam hari.

Lubang-lubang rep (tanah/pasir yang mengandung emas) yang dahulu telah ditutup, kini semuanya dibuka kembali oleh para penambang. Jumlah lubang rep saat ini sudah mencapai ribuan lubang.

Ede mengatakan satu lubang rep biasanya dikuasai oleh 10 orang dengan sistem kongsi. Artinya, ada salah satu dari anggota yang membiayai kebutuhan mereka, termasuk menanggung makan/minum sehari-hari. Saat rep diolah dan menghasilkan emas, maka emas itu kemudian dijual dan uangnya dibagi-bagikan kepada semua anggota penambang yang tergabung dalam satu kongsi.

Seluruh rep dari PETI Dongi-Dongi kemudian dibawa ke tromol di Kelurahan Poboya, Kota Palu untuk diproses menjadi biji-biji emas.

Kepala Balai Besar TNLL, Jusman membenarkan bahwa lokasi PETI Dongi-Dongi saat ini sudah diserbu kembali oleh para penambang yang kebanyakan datang dari Pulau Sulawesi. Dari hasil kunjungannya ke lokasi tambang pada Sabtu (13/2), Jusman mengaku cukup terkejut ketika menyaksikan para penambang dengan bebas dan tanpa rasa takut menambang dalam kawasan konservasi.

Saat berada di lokasi PETI Dongi-Dongi, Jusman mengaku tidak bisa berbuat apa-apa. Selain kondisinya cukup rawan, jumlah penambang sangat banyak mencapai ribuan orang. "Tidak mungkin kami mau menertibkan sendiri. Bisa konyol diserbu penambang," ujarnya.

Menurut dia, menyelesaikan permasalahan PETI Dongi-Dongi harus dilakukan secara terpadu dengan melibatkan berbagai pihak terkait. "Kami (Taman Nasional Lore Lindu) sebagai pengelola kawasan tidak bisa menertibkan sendiri. Harus secara terpadu bersama-sama seluruh instansi dan institusi terkait yang ada di daerah ini," kata Jusman.

ANTARA|CNNIndonesia