LIPUTAN KHUSUS:

Kuliah di Masa Corona: Panjat Pohon demi Mendapatkan Sinyal


Penulis : Betahita.id

Sejumlah mahasiswa di Lamandau, Kalimantan Tengah harus naik pohon untuk mendapatkan sinyal internet agar bisa mengikuti kuliah online di masa wabah corona.

Lingkungan

Senin, 29 Juni 2020

Editor :

BETAHITA.ID - Sejumlah mahasiswa di Lamandau, Kalimantan Tengah, rajin naik pohon akhir-akhir ini. Bukan untuk mengambil buahnya, namun kuliah meski mereka tidak mengambil prodi pertanian atau kehutanan.

Para mahasiswa ini harus mencari ketinggian untuk mendapatkan sinyal Internet agar bisa mengikuti kuliah yang dilakukan secara online. Masa pandemi Covid-19 membuat proses belajar-mengajar termasuk perkuliahan banyak yang diganti dengan sistem daring (dalam jaringan). Karenanya, banyak mahasiswa Lamandau yang pulang kampung.

Meski pulang kampung, para mahasiswa Lamandau tetap harus mengikuti perkuliahan dengan metode daring, meski dengan perjuangan yang tidak mudah karena terkendala akses telekomunikasi dan internet yang belum memadai.

Sejumlah mahasiswa asal Lubuk Hiju, Kecamatan Menthobi Raya yang berkuliah di sejumlah perguruan tinggi di Palangka Raya misalnya. Agar dapat mengikuti perkuliahan dengan sistem daring, para mahasiswa di sana harus membuat sejenis rumah pohon di daerah dataran tinggi.

Mahasiswa di Lubuk Hiju, Kalteng, membuat rumah pohon untuk kuliah online. (Borneonews.co.id)

"Di Desa Lubuk Hiju saat ini akses telekomunikasi memang masih sulit. Hanya di tempat-tempat tertentu saja, seperti di daerah dataran tinggi, sehingga banyak yang memilih memanjat pohon untuk dapat sinyal," kata Ebi, seorang warga, Senin 22 Juni 2020.

Dia menjelaskan, setiap akan mengikuti perrkuliahan dengan sistem daring selama panedemi Covid-19, para mahasiswa di Lubuk Hijau dan sekitarnya terpaksa harus berjalan cukup jauh dari perkampungan menuju perbukitan dengan spot jaringan yang cukup bagus. Tak jarang meski sudah dapat sinyal mereka terkadang dihadapkan dengan kendala lain seperti hujan

"Rumah pohon ini mereka buat alakadarnya dengan bahan-bahan sederhana, yang penting kan bisa bawa laptop," ujarnya.

Dia juga menuturkan, sebenarnya kepala desa mempunyai akses internet cukup baik. Namun, kata dia, pengguna wifi tersebut harus merogoh kocek Rp10 ribu - Rp 20 ribu untuk pemakaian dua jam. 

BORNEONEWS.CO.ID | TERAS.ID