LIPUTAN KHUSUS:

Debat Capres Tanpa Substansi Lingkungan, Pakar: Ekologi Lebih Berguna dari Politik


Penulis : Redaksi Betahita

Betahita.id –  Debat Capres kedua menyoal isu lingkungan hidup mendapat tanggapan korektif dari Pakar Lingkungan DR Elviriadi. Ia menilai isu hanya soal hilir belaka. Kebakaran hutan dan lahan yang disebut salah seorang Capres itu hanya akibat dari kebijakan. “Kebijakan struktural yang melegitimasi deforestasi dan alih fungsi gambut,” katanya saat dihubungi Selasa (19/2/2019) dari Jakarta. Menurut Elviriadi,

Uncategorized

Rabu, 20 Februari 2019

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id –  Debat Capres kedua menyoal isu lingkungan hidup mendapat tanggapan korektif dari Pakar Lingkungan DR Elviriadi. Ia menilai isu hanya soal hilir belaka. Kebakaran hutan dan lahan yang disebut salah seorang Capres itu hanya akibat dari kebijakan.

“Kebijakan struktural yang melegitimasi deforestasi dan alih fungsi gambut,” katanya saat dihubungi Selasa (19/2/2019) dari Jakarta.

Menurut Elviriadi, Ketua Departemen Perubahan Iklim Majelis Nasional KAHMI , apa yang disampaikan kedua Capres itu adalah upaya memperbaiki dari ujung, bukan dari pangkal. Lingkungan hidup dan sumber daya alam sejatinya memerlukan koreksi struktural.

“Ketimpangan kepemilikan lahan dan ijin usaha kehutanan, tambang, eksploitasi gambut, regulasi dan perundangan pro eksploitasi alam, itu tantangan sebenarnya calon RI-1 ke depan,” katanya.

Salah satu alat berat berjenis excavator yang tengah bekerja di lokasi pembukaan lahan kawasan Hutan Produksi di jalur jalan lintas Pangkalan Bun-Kotawaringin Lama, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah./Foto: Dok. Save our Borneo

Pegiat Society of Ethnobiology Ohio State University itu menguraikan, paradigmanya masih mikro dan hilir centris, maka degredasi lingkungan sukar ditangani. Luas indonesia inikan tak berubah, lihatlah rasio landscape secara kasat mata.

“Lebih banyak dikomersialkan, atau dilestarikan. Harusnya baik Pak Jokowi maupun Pak Prabowo berani buat statement ke arah itu. Indonesia mau komersialisasi resources atau sustainable resources. Buat batas garis api yang jelas,” katanya.

Lebih jauh, ia menambahkan, ekologi lingkungan itu jauh lebih berharga daripada politik. Politik hanya me-manage yang periodik 5-10 tahun, sedangkan lingkungan bicara peradaban masa dapan. Visi untuk anak cucu ratusan tahun mendatang.

Menurut Elviriadi, Debat Capres II  tidak mengangkat isu-isu substantif. Harusnya pangan, agraria, lingkungan dan infrastruktur itu kesatuan yang integral. Jika daratan dipenuhi tanaman monokultur sawit-akasia seperti existing condition tata ruang hari ini, maka kita kekurangan lahan sumber pangan pokok seperti beras, jagung, tebu, sagu, buah buahan dan holtikultura.

Kalau pangan anjlok, pertahanan keamanan kita rapuh. Krisis lahan persawahan juga menyebabkan impor beras, infrastruktur tanpa kajian ekologis meng-fragmentasi koridor satwa liar terlindungi sehingga timbul konflik harimau-manusia-gajah. Nah ini semua memerlukan eksplanasi intelektual seorang pemimpin.

Saya kira sampai 30 tahun ke depan kondisi lingkungan hidup indonesia belum dapat pulih. Koreksi struktural masih terlalu riskan. Ya, paling ujung ujungnya restorasi gambut. Restorasi gambut itu gerakan kebudayaan yang paling kecil gesekannya, katanya..