LIPUTAN KHUSUS:

Peningkatan Temperatur Air Laut Picu Pemutihan Terumbu Karang


Penulis : Redaksi Betahita

Peneliti terumbu karang Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI, mengatakan pemutihan terumbu karang pada 2016 terjadi karena peningkatan temperatur air laut.

Konservasi

Minggu, 02 Desember 2018

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Giyanto, Peneliti terumbu karang Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI, mengatakan pemutihan terumbu karang pada 2016 terjadi karena peningkatan temperatur air laut. Pemanasan air laut yang menyebabkan karang mati ini,   terpantau dari hasil citra satelit di Sumatera dan Sulawesi.

Baca: Terumbu Karang dalam Angka: Kondisi Terakhir di Indonesia

Kondisi ini, tidak hanya terjadi di Indonesia. Para peneliti di Australia melaporkan sebagian besar karang di “Great Barrier Reef” mati pada periode 2015-2016, sedangkan di Okinawa, Jepang, pemutihan terumbu karang juga terjadi pada 2016.

Giyanto mengatakan rehabilitasi bisa memulihkan kondisi terumbu karang hanya apabila kondisi perairannya baik, contohnya di perairan Laut Banda, Maluku.

Ilustrasi terumbu karang

Giyanto menambahkan, bahwa terumbu karang merupakan ekosistem yang dibangun oleh biota laut penghasil kapur terutama hewan karang, bersama dengan biota laut lain yang hidup di dasar laut.

“Pada peta 2018, berdasarkam data sampai dengan 2017, ada beberapa lokasi yang dipetakan, seperti Nias kesehatannya kurang akibat tsunami, perairannya juga agak keruh,” kata Giyanto

Terumbu karang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, tapi rentan terhadap kerusakan dan membutuhkan waktu  lama serta perlakuan khusus untuk dikembalikan seperti semula. Mayoritas kerusakan karang, kata Giyanto, adalah akibat alam yaitu perubahan iklim global.

Menurut Data P2O, terumbu karang kategori jelek di Indonesia sebanyak 386 site (36.18%), kategori cukup sebanyak 366 site (34.3%), kategori baik 245 site (22.96%) dan kategori sangat baik sebesar 70 site (6.56%).

Secara umum, terumbu karang dalam kategori baik dan cukup mengalami tren penurunan, namun sebaliknya kategori sangat baik dan jelek mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pengukuran tersebut didasarkan pada kriteria persentase tutupan karang hidup yaitu sangat baik dengan tutupan 76-100%, baik tutupan 51-76%, cukup 26-50% dan jelek tutupan 0-25%.

Hasil pengukuran terkini melalui pemetaan citra satelit, luas terumbu karang Indonesia mencapai 25.000 km2 merujuk data COREMAP CTI 2016, atau sekitar 10 persen dari total terumbu karang dunia seluas 284.300 km2. Penyumbang terbesar adalah coral triangle yang menyumbang sekitar 34 persen terhadap total luas terumbu karang dunia.

Pemutihan terumbu karang pada 2016 terjadi karena peningkatan temperatur air laut, dan juga wisatawan snorkling yang menginjak terumbu karang.