LIPUTAN KHUSUS:

Karhutla: Awas Indonesia Ekspor Asap Lagi!


Penulis : Redaksi Betahita

Provinsi Kalimantan Barat dan Riau dalam satu minggu terakhir dilaporkan masih terbakar. Karhutla itu mengakibatkan kabut asap pekat di sejumlah wilayah.

Karhutla

Selasa, 21 Agustus 2018

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Provinsi Kalimantan Barat dan Riau dalam satu minggu terakhir dilaporkan masih terbakar. Kebakaran hutan dan lahan itu mengakibatkan kabut asap pekat di sejumlah wilayah.

Satuan tugas kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) Provinsi Riau mengatakan pihaknya mewaspadai ancaman asap kebakaran itu akan menyeberang ke negara tentangga seperti Malaysia dan Singapura, Ini karena kebakaran berlangsung di dekat perbatasan.

Jim Gafur, Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, mengatakan kebakaran terluas di Provinsi Riau terjadi di Kabupaten Rokan Hilir, yang secara geografis berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura. “Rokan Hilir terletak di ujung,  berbatasan langsung dengan Negeri Jiran,” ujar Jim Gafur  seperti dilansir Antaranews di Jakarta.

Menurut data Satgas Karhutla Provinsi Riau, luas total kebakaran di Rokan Hilir lebih dari 200 hektare. Sedangkan menurut data Badan Metrorologi, Klimatologi dan Geofisika stasiun Pekanbaru, Riau menyumbang 90 titik panas. 

Kabut asap terlihat dari jalan di Sumatera Selatan pada karhutla 2015.

Upaya memadamkan api, menurut Jim Gafur, mengalami kesulitan karena cuaca sangat panas.

Daerah lainnya yang dilaporkan mengalami kebakaran adalah Lampung dengan tiga titik api, Jambi empat titik, Sumatera Barat 10 titik, Sumatera Selatan 13 titik, Sumatera Utara 22 titik, dan Bangka Belitung 27 titik.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan sedang mengembangkan teknologi tepat guna untuk memudahkan masyarakat membuka lahan tanpa melakukan pembakaran. “Sehingga untuk membuka lahan rakyat tak perlu membakar,” kata Ruandha Agung Sugardiman, Direktur Jendral Pengendalian Perubahan Iklim KLHK.

Menurut Ruandha, membuka lahan dengan melakukan pembakaran, apalagi lahan yang luas, berisiko mengganggu lingkungan sekitar, selain menambah buangan gas rumah kaca yang mempengaruhi perubahan iklim. “Jadi kita lakukan sosialisasi door to door sehingga rakyat sadar akan bahaya kebakaran hutan,” ungkapnya.