LIPUTAN KHUSUS:

Gampang Kena Pikun Gara-gara Polusi Udara - Studi


Penulis : Kennial Laia

Paparan terhadap polutan seperti PM2.5 dan nitrogen dioksida sangat berisiko membikin demensia.

Lingkungan

Senin, 28 Juli 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Paparan polusi udara dari jenis tertentu dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia, menurut studi ilmiah terbaru. Penyakit ini diperkirakan menyerang sekitar 57 juta orang di seluruh dunia, dan jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat hingga setidaknya 150 juta kasus pada 2050.

Laporan yang dihasilkan oleh para peneliti di unit epidemiologi Medical Research Council di Cambridge University ini melibatkan tinjauan sistematis terhadap 51 penelitian. Riset mengambil data dari lebih dari 29 juta partisipan yang telah terpapar polutan udara setidaknya selama satu tahun.

Meskipun polusi udara telah diidentifikasi sebagai faktor risiko demensia, penelitian yang merupakan studi paling komprehensif hingga saat ini menemukan adanya hubungan positif dan signifikan secara statistik antara tiga jenis polutan udara dan demensia.

Polutan tersebut adalah: PM2.5, yang berasal dari emisi kendaraan, pembangkit listrik dan tungku pembakaran kayu serta perapian; nitrogen dioksida, yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil; dan jelaga, yang berasal dari sumber seperti emisi gas buang kendaraan dan pembakaran kayu.

Aktivis menggelar aksi teatrikal untuk memprotes memburuknya polusi udara Jakarta di depan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2019/Greenpeace Indonesia

Saat terhirup, polutan ini dapat menembus jauh ke dalam paru-paru dan berhubungan dengan berbagai penyakit pernapasan serta peningkatan risiko masalah jantung tertentu.

Secara khusus penelitian ini menemukan, bahwa untuk setiap 10 mikrogram per meter kubik PM2.5, risiko relatif seseorang terkena demensia akan meningkat sebesar 17%. Dengan menggunakan angka yang setara untuk jelaga, risikonya meningkat sebesar 13%.

Pada 2024, tingkat PM2.5 di Jabodetabek jauh melampaui tingkat ini pada 2024. Polutan ini mencapai 30-55 mikrogram per meter kubik atau setara 6-11 kali lipat ambang batas WHO 5 mikrogram per meter kubik, menurut laporan Centre for Research on Energy and Clean Air yang dirilis Juni lalu. 

Penyebab paling umum dari demensia adalah penyakit Alzheimer. Indonesia sendiri diperkirakan memiliki 1,8 juta kasus pada 2019, dan laporan World Alzheimer Report memproyeksikan angkanya akan meningkat menjadi 7,5 juta pada 2050. 

Haneen Khreis, penulis senior studi tersebut, mengatakan penelitian ini memberikan “bukti lebih lanjut untuk mendukung pengamatan bahwa paparan polusi udara luar ruangan dalam jangka panjang merupakan faktor risiko timbulnya demensia pada orang dewasa yang sebelumnya sehat”.

"Mengatasi polusi udara dapat memberikan manfaat kesehatan, sosial, iklim dan ekonomi jangka panjang. Hal ini dapat mengurangi beban besar pada pasien, keluarga, dan perawat, sekaligus mengurangi tekanan pada sistem layanan kesehatan yang kewalahan," katanya. 

Polusi udara dapat menyebabkan demensia melalui peradangan di otak dan stres oksidatif, yaitu proses kimia di dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan sel, protein, dan DNA.

Para peneliti mengakui bahwa laporan tersebut terbatas karena sebagian besar penelitian yang dianalisis mencakup partisipan berkulit putih dan tinggal di negara-negara berpenghasilan tinggi. Mereka mengatakan penelitian di masa depan mengenai polusi udara harus melibatkan lebih banyak peserta dari latar belakang yang terpinggirkan.

“Tinjauan ketat ini menambah banyak bukti bahwa paparan polusi udara – mulai dari asap lalu lintas hingga pembakaran kayu – meningkatkan risiko pengembangan demensia,” kata Isolde Radford, manajer kebijakan senior di Alzheimer’s Research Inggris. 

“Polusi udara adalah salah satu faktor risiko utama demensia yang dapat dimodifikasi – namun hal ini tidak dapat diselesaikan sendiri oleh seseorang. Di sinilah peran kepemimpinan pemerintah sangat penting,” katanya. 

Laporan ini dipublikasikan di The Lancet Planetary Health.