
LIPUTAN KHUSUS:
Smelter Emas Freeport di Gresik Lukai Orang Papua - Walhi Papua
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Kekayaan alam Papua yang menjadi sumber daya utama untuk produksi smelter emas PT Freeport Indonesia meninggalkan masyarakat adat sebagai penonton di tanah mereka sendiri.
Tambang
Senin, 21 April 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Papua, menyatakan peresmian industri smelter emas milik PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur, makin melukai hati Orang Asli Papua. Sebab masyarakat adat Papua, termasuk Suku Amumee dan Suku Kamoro serta Orang Asli Papua dari tujuh wilayah budaya adat, tidak dilibatkan dalam proses yang menyangkut kekayaan alam yang secara historis adalah hak mereka.
“Kekayaan alam Papua yang menjadi sumber daya utama untuk proyek ini membawa harapan, tetapi juga meninggalkan masyarakat adat sebagai penonton di tanah mereka sendiri. Orang Asli Papua merasa hak mereka terabaikan dan suara mereka tidak didengar dalam pengambilan keputusan terkait pembangunan (smelter) ini,” kata Maikel Peuki, Direktur Eksekutif Walhi Papuadalam sebuah rilis, 18 Maret 2025.
Maikel berpendapat, pemerintah yang seharusnya memastikan pembangunan inklusif dan adil justru menghadirkan ketimpangan. Alih-alih memberdayakan masyarakat lokal, pembangunan ini semakin meminggirkan mereka. Kekayaan yang digali dari tanah Papua menjadi simbol perampasan sumber daya alam yang memperburuk ketimpangan sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi bagi masyarakat asli Papua.
“Walhi Papua mengingatkan bahwa keadilan sosial dan penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat adalah kunci untuk pembangunan yang berkelanjutan. Pengakuan atas hak hutan adat dan tanah adat menjadi sangat mendesak agar masyarakat adat tidak terus-menerus menjadi korban pembangunan.

Demi menegakkan keadilan, lanjut Maikel. Walhi Papua menyerukan agar masalah ini segera dilaporkan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui mekanisme pengaduan hak asasi manusia (HAM) yang terkait dengan lingkungan hidup.
Hasilkan 50 ton emas per tahun
Dilansir dari situs Sekretariat Presiden, pada 17 Maret 2025, Presiden Prabowo Subianto meninjau langsung area smelter PT Freeport Indonesia (PT FI) di Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Pada peninjauan ini, Presiden mengunjungi area electro refinery untuk melihat produksi katoda, serta area precious metal refinery (PMR) untuk melihat produksi emas dari hasil pemurnian bijih yang sebelumnya diekstraksi dari tambang.
PMR PT FI merupakan fasilitas pemurnian emas modern terbesar di dunia yang terintegrasi dari hulu ke hilir, mulai dari pertambangan, pengolahan, hingga pemurnian logam mulia. Dalam keterangannya kepada awak media, Presiden menegaskan bahwa pembangunan fasilitas pemurnian ini merupakan pencapaian besar bagi Indonesia dalam upaya hilirisasi industri pertambangan.
“Saya kira ya kita bangga, bersyukur, akhirnya punya processing dari logam-logam murni. Kita sekarang tidak mau menjual sumber alam kita sebagai bahan baku, kita tidak mau lagi jual murah, kita mau di-processing di Indonesia, supaya nilai tambah bisa kita nikmati, ini nanti tambah kekayaan negara untuk rakyat Indonesia,” kata Presiden usai peresmian.
PMR yang dibangun dengan total investasi mencapai USD630 juta atau setara dengan Rp10 triliun tersebut menggunakan teknologi hidrometalurgi dalam proses pemurniannya. PMR memiliki kapasitas produksi yang signifikan yaitu sebesar 6.000 ton lumpur anoda per tahun, 50 ton emas per tahun, 210 ton perak per tahun, dan 0,03 ton platinum per tahun.
Selain itu, pabrik ini juga mampu memproduksi 0,375 ton paladium per tahun, 285 ton selenium per tahun, 220 ton bismuth per tahun, hingga 2.200 ton timbal per tahun. Dengan beroperasinya PMR ini, seluruh produksi lumpur anoda dari smelter PT FI kini dapat dimurnikan di dalam negeri.
Dalam keterangan terpisah, Presiden Direktur PT FI Tony Wenas mengatakan bahwa PMR ini adalah pemurnian emas modern dengan teknologi hidrometalurgi yang terbesar di dunia. Pada Desember 2024, PMR PT FI telah memulai produksi pertamanya dan diperkirakan sebanyak 32 ton bahan baku akan dimurnikan menjadi emas pada tahun ini.
“Tahun-tahun ke depannya sekitar 50 ton per tahun. Jadi ini tentu saja akan sangat membantu ekosistem generisasi emas. Dalam hal ini antara lain adalah untuk memasok juga bullion bank yang sudah dibentuk di Indonesia,” katanya.
Sementara itu, lanjut Tony, produksi emas oleh PMR PT FI telah mencapai 1,062 ton atau setara dengan Rp 1,7 triliun per 9 Maret 2025. Keberadaan PMR PT FI ini diharapkan mampu mendukung strategi pemerintah dalam meningkatkan hilirisasi pada sektor pertambangan.