LIPUTAN KHUSUS:

Separuh Emisi CO2 Dunia dari 36 Korporat Energi Fosil


Penulis : Kennial Laia

Jika Saudi Aramco adalah sebuah negara, maka Saudi Aramco akan menjadi negara penghasil polusi terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India.

Krisis Iklim

Jumat, 07 Maret 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Separuh dari emisi karbon yang menyebabkan pemanasan iklim di dunia berasal dari bahan bakar fosil. Emisi ini diproduksi oleh 36 perusahaan saja, menurut sebuah analisis terbaru. 

Para peneliti mengatakan data tahun 2023 memperkuat alasan untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan bahan bakar fosil atas kontribusi mereka terhadap pemanasan global. Laporan tersebut menemukan bahwa 36 perusahaan bahan bakar fosil besar, termasuk Saudi Aramco, Coal India, ExxonMobil, Shell, dan sejumlah perusahaan Tiongkok, memproduksi batu bara, minyak, dan gas yang menyebabkan lebih dari 20 miliar ton emisi CO2 pada 2023.

Jika Saudi Aramco adalah sebuah negara, maka Saudi Aramco akan menjadi negara penghasil polusi terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India.  Sedangkan ExxonMobil bertanggung jawab atas emisi yang hampir sama dengan Jerman, negara penghasil polusi terbesar kesembilan di dunia, menurut data tersebut.

Emisi global harus turun sebesar 45% pada 2030 jika dunia ingin memiliki peluang yang baik untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5C, yang merupakan target yang disepakati secara internasional. Namun, emisi masih terus meningkat, sehingga memperburuk cuaca ekstrem yang merenggut banyak nyawa dan mata pencaharian di seluruh planet bumi.

Penampakan PLTU Suralaya di Cilegon, Banten dari udara. Sektor energi, seperti industri kelistrikan yang menggunakan batu bara serta pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan (FOLU) merupakan sektor penyumbang emisi terbesar Indonesia. Dok Kasan Kurdi/Greenpeace

Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan proyek bahan bakar fosil baru yang dimulai setelah 2021 tidak sesuai dengan pencapaian emisi nol bersih pada 2050. Sebagian besar dari 169 perusahaan dalam database Carbon Majors meningkatkan emisi mereka pada 2023, yang merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat pada saat itu.

“Perusahaan-perusahaan ini membuat dunia tetap bergantung pada bahan bakar fosil tanpa ada rencana untuk memperlambat produksinya,” kata Christiana Figueres, ketua iklim PBB ketika perjanjian penting Paris tahun 2015 disahkan, Rabu, 5 Maret 2025.

“Apa kata sains jelas: kita tidak bisa mundur ke arah penggunaan bahan bakar fosil dan ekstraksi yang lebih banyak. Sebaliknya, kita harus bergerak maju menuju berbagai kemungkinan sistem ekonomi dekarbonisasi yang bermanfaat bagi manusia dan planet bumi," katanya. 

Emmett Connaire, peneliti di InfluenceMap, lembaga pemikir yang menulis laporan Carbon Majors, mengatakan: “Meskipun ada komitmen iklim global, sekelompok kecil produsen bahan bakar fosil terbesar di dunia meningkatkan produksi dan emisi secara signifikan. Penelitian ini menyoroti dampak tidak proporsional yang ditimbulkan oleh perusahaan-perusahaan ini terhadap krisis iklim dan mendukung upaya untuk menegakkan tanggung jawab perusahaan.”

Laporan Carbon Majors menghitung emisi yang dikeluarkan dari pembakaran batu bara, minyak, dan gas yang dihasilkan oleh 169 perusahaan besar pada 2023. Basis data tersebut juga mencakup emisi dari produksi semen, yang meningkat sebesar 6,5% pada 2023.

Ke-36 perusahaan yang bertanggung jawab atas separuh emisi global pada 2023 mencakup perusahaan milik negara seperti China Energy, perusahaan minyak nasional Iran, Gazprom dari Rusia, dan Adnoc dari UEA. Perusahaan milik pemegang saham di grup itu antara lain Petrobras yang berkantor pusat di Brasil dan Eni dari Italia.

Ke-36 perusahaan tersebut didominasi oleh badan usaha milik negara, di antaranya terdapat 25 perusahaan. Sepuluh di antaranya berada di Tiongkok, negara dengan polusi terbesar di dunia. Batu bara merupakan sumber dari 41% emisi yang dihitung pada tahun 2023, minyak 32%, gas 23%, dan semen 4%.

Kumpulan data Carbon Majors juga mencakup riwayat emisi dari 1854 hingga 2023. Data tersebut menunjukkan bahwa dua pertiga emisi karbon dari bahan bakar fosil sejak Revolusi Industri berasal dari 180 perusahaan, 11 di antaranya tak lagi beroperasi.