LIPUTAN KHUSUS:
Robin dan Ngatini Melahirkan Anak Gajah di Buluh Cina
Penulis : Aryo Bhawono
Anak gajah hasil perkawinan Robin dan Ngatini itu dalam kondisi sehat. Dalam bayang-bayang ancaman penyakit herpes gajah.
Satwa
Kamis, 07 November 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Seekor gajah sumatera (Elephas maximus) lahir di Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina, Kampar, Riau, pada Senin pagi (4/11/2024) pukul 05.00 WIB. Anak gajah itu berkelamin betina dengan dengan estimasi berat badan 104 kilogram, lingkar dada 112 sentimeter, dan tinggi bahu 83 cm.
Anak gajah tersebut dalam kondisi sehat dan sudah aktif menyusui. Belum diberi nama, ia merupakan hasil perkawinan gajah jantan bernama Robin yang berusia 25 tahun dan gajah betina bernama Ngatini berusia 24 tahun.
Robin merupakan gajah hasil penyelamatan anak gajah yang terpisah dari induknya pada tahun 2005 di Rokan Hulu. Sedangkan Ngatini diperoleh dari hasil evakuasi konflik tahun 2005 di Desa Bencah Kelubi, Tapung, Kampar.
Kedua gajah tersebut dipindahkan dari Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas ke TWA Buluh Cina pada 2017. Di sana, keduanya mendapatkan perawatan berupa pemberian vitamin. TWA Buluh Cina sendiri ditetapkan sebagai Unit Konservasi Gajah berdasarkan Keputusan Dirjen KSDAE tahun 2024 tentang Unit Konservasi Gajah Taman Wisata Alam Buluh Cina.
Kepala Balai Besar KSDA Riau, Genman Suhefti Hasibuan, menyebutkan dokter hewan dan tim medis Balai Besar KSDA Riau saat ini terus melakukan perawatan dan pemantauan anak gajah tersebut beserta induknya, untuk memastikan pertumbuhan dan kesehatan satwa gajah sumatra. “Kelahiran anak gajah ini merupakan bentuk komitmen serius Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dalam berupaya untuk melestarikan gajah sumatra di Indonesia,” ucapnya melalui rilis pers.
Kelahiran gajah sumatera ini menjadi kabar baik. Pasalnya pemberitaan Betahita mencatat populasi gajah sumatra pada 2007 teridentifikasi sebanyak 2800-4800 individu, namun data terakhir pada 2021 populasi gajah sumatra tersisa sebanyak 924-1359 individu. Jadi pada kurun waktu 2 dekade terakhir gajah sumatra mengalami penurunan populasi sebanyak 70 persen.
Selain itu jumlah wilayah kantong gajah juga mengalami penurunan. Pada 1985 jumlahnya 44 kantong menjadi 22 kantong pada 2021.
The International Union for Conservation of Nature (IUCN) sendiri menetapkan status gajah sumatra sebagai "Critically Endangered".
Pemerintah mesti memberi perhatian serius pada kelahiran ini. Pada Januari 2023 lalu seekor anak gajah berusia 2 tahun 4 bulan mati di lokasi yang sama. Anak gajah jantan bernama Damar itu juga lahir dari pasangan yang sama, Robin dan Ngatini. Ia ditemukan rebah di tanah oleh mahout atau pelatih gajah bernama Alex Gunawan pada 18 Januari 2023.
Hasil uji laboratorium menunjukkan kematian Damar karena Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV). Jenis virus tersebut sangat susah diprediksi karena gejalanya tidak terlihat jelas bila hanya melihat dari fisik gajah. Namun, dapat menyerang dengan cepat pada anakan gajah.