LIPUTAN KHUSUS:

Komodo Ternyata Memiliki Gigi Berlapis Besi


Penulis : Kennial Laia

Lapisan besi pada gigi komodo menjadikan gigi satwa itu keras dan awet, dan memungkinkannya mencabik mangsa.

Spesies

Sabtu, 27 Juli 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Selama ini komodo telah menjadi hewan ikonik yang melegenda. Tubuhnya besar dan gigitannya berbisa, mudah melumpuhkan mangsanya. Kini status hewan endemik Indonesia ini semakin meningkat: para ilmuwan menemukan bahwa gigi mereka dilapisi dengan lapisan besi, yang membantu menjaga tepi bergeriginya tetap tajam. 

Penelitian terbaru itu juga mengungkap bahwa ini pertama kalinya lapisan seperti itu terlihat pada hewan mana pun, dan para peneliti menggambarkannya sebagai “adaptasi predator yang mencolok dan sebelumnya diabaikan pada komodo”.

Lapisan ini ditemukan ketika peneliti memperhatikan bahwa ujung dan tepi gigi komodo (Varanus komodoensis) yang bergerigi ditutupi lapisan pigmen oranye. Jika diamati lebih dekat, enamel tersebut mengandung zat besi pekat yang membuat gigi menjadi sangat keras dan tahan terhadap keausan, sehingga membantu komodo merobek dan mencabik-cabik mangsanya.

Komodo adalah kadal terbesar yang masih hidup, panjangnya bisa mencapai lebih dari tiga meter dengan berat rata-rata 80kg. Populasinya tersebar di beberapa titik, seperti Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, serta pesisir barat dan utara Pulau Flores. Di habitatnya mereka memakan hampir semua mangsa, mulai dari burung kecil hingga kerbau dan komodo lainnya. 

Komodo (Varanus komodoensis) merupakan satwa dilindungi dan endemik. Komodo hanya berhabitat di kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. Foto: Achmad Ariefyandi/Komodo Survival Program

Dalam beberapa kasus, manusia juga menjadi korban dari kadal ini. Pada 2007, seorang anak di Pulau Komodo meninggal setelah diserang oleh salah satu hewan tersebut. Dua tahun kemudian, seorang pemetik buah di pulau itu dibunuh oleh dua komodo setelah jatuh dari pohon. Pada 2010, seorang pekerja Indonesia lainnya berhasil lolos setelah meninju seekor komodo dan terlepas dari rahangnya.

Pada 2019, otoritas Indonesia sempat mempertimbangkan untuk melarang wisatawan datang ke pulau tersebut karena adanya kekhawatiran bahwa pengunjung akan memengaruhi kebiasaan kawin mereka, serta menyebabkan mereka menjadi jinak karena pemberian makanan. Spesies ini berada di bawah ancaman kepunahan karena perusakan habitat dan perburuan ilegal, dan diperkirakan hanya tersisa 3.500 ekor di alam liar.

Dalam studi terbaru, tim yang dipimpin oleh para peneliti di King's College London menggunakan pencitraan canggih, bersama dengan teknik analisis kimia dan mekanis, untuk mempelajari gigi yang diambil dari berbagai spesimen komodo serta banyak reptil hidup dan punah lainnya, termasuk biawak, buaya, aligator, dan dinosaurus.

Lapisan besi paling terlihat pada gigi komodo, tetapi lapisan kaya zat besi serupa juga terlihat pada gigi reptil lainnya. “Sepertinya ini adalah ciri gigi reptil yang terabaikan namun tersebar luas,” kata Aaron LeBlanc, dosen biosains gigi di King’s College dan penulis utama studi tersebut, Rabu, 24 Juli 2024. 

Gigi komodo yang melengkung dan bergerigi memiliki bentuk yang mirip dengan gigi dinosaurus karnivora, seperti Tyrannosaurus rex. Dalam penelitian yang dipublikasikan di Nature Ecology & Evolution ini, LaBlanc dan timnya menggunakan kemiripan tersebut untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana gigi dinosaurus mungkin digunakan ketika mereka masih hidup.

Meskipun mereka mengidentifikasi lapisan besi yang diperkuat pada banyak gigi reptil yang masih hidup, mereka gagal menemukan bukti adanya lapisan besi pada fosil dinosaurus mana pun. Namun para peneliti yakin lapisan besi mungkin masih ada pada dinosaurus karnivora. Besi tersebut mungkin telah hilang seiring berjalannya waktu, seperti yang ditunjukkan oleh fakta bahwa besi tersebut tidak dapat ditemukan pada fosil gigi reptil yang berkerabat dekat dengan komodo.

Owen Addison, profesor rehabilitasi mulut di King’s College dan penulis senior studi tersebut, mengatakan penemuan ini pada akhirnya dapat mengarah pada teknik kedokteran gigi baru yang dapat digunakan pada manusia. 

“Kami pikir ada peluang untuk menggunakan struktur yang ditemukan dalam penelitian ini untuk menginformasikan strategi baru dalam meregenerasi enamel pada manusia,” katanya.