LIPUTAN KHUSUS:

Patroli Drone Mikroplastik di 3 Kota Temukan Bukti Gawat


Penulis : Gilang Helindro

Drone diterbangkan di Sidoarjo, Kediri, dan Gresik.

Polusi

Kamis, 11 Juli 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Ecoton menemukan udara yang dihirup mengandung 90 partikel mikroplastik per jam. Jumlah mikroplastik yang dihirup itu, menurut lembaga ini, 15 gram per bulan.

Mikroplastik yang terhirup diketahui bertanggung jawab terhadap peradangan dan kerusakan pada paru-paru, serta penurunan fungsi paru-paru.

Rafika Aprilianti, peneliti mikroplastik Ecoton menyebut, temuan tersebut merupakan hasil pengukuran alat baru yang dirancang untuk sampling mikroplastik udara, dengan memodifikasi drone. Alat ini dapat mengidentifikasi mikroplastik udara di ketinggian 20 meter. 

“Salah satu sumber mikroplastik di udara adalah dari pembakaran sampah plastik yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia, dan asapnya tinggi mencapai 5-20 meter,” kata Rafika, dikutip Minggu 7 Juli 2024.

Udara yang dihirup mengandung 90 partikel mikroplastik per jam. Sumber: Ecoton Foundation.

Penelitian ini, kata Rafika, didasari sebuah studi baru yang terbit dalam jurnal Environmental Science & Technology, yang menyoroti negara-negara di dunia yang penduduknya paling banyak mengonsumsi mikroplastik, dan Indonesia menduduki peringkat teratas.

Rafika menjelaskan, masyarakat Indonesia mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan. Sumber mikroplastik yang mengontaminasi tubuh dapat berasal dari banyak hal meliputi makanan dan minuman yang terkontaminasi mikroplastik, hingga lingkungan di sekitar kita yang banyak mengandung mikroplastik, misalnya udara, air dan tanah.

Drone mikroplastik (DOMIK) pertama kali diterbangkan di Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik kemudian Kota Kediri. DOMIK berhasil menangkap partikel mikroplastik jenis fiber, filamen dan fragmen. Temuan mikroplastik yang terdeteksi di udara pada ketinggian 20 meter, mengkonfirmasi kekhawatiran tentang dampak buruk pencemaran plastik, terutama karena mikroplastik yang ada di udara berpotensi turun ke permukaan bumi dan terhirup oleh manusia.

Mikroplastik di udara dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk Abrasi dari ban kendaraan di jalan raya. Pemakaian dan pembuangan produk plastik sehari-hari, Proses industri yang melibatkan plastik, Degradasi material plastik di lingkungan. 

Partikel-partikel ini dapat terdispersi melalui angin dan fenomena atmosfer lainnya, sehingga tersebar luas dan bahkan mencapai daerah yang jauh dari sumber pencemaran. Dan penyebab utama adanya mikroplastik di udara adalah dari pembakaran sampah yang masih masif di Indonesia. Berdasarkan data dari databooks tahun 2023,  57,2 persen rumah tangga Indonesia rutin bakar sampah, 27,6 persen diangkut petugas dan hanya 0,1 persen saja yang didaur ulang.

Mikroplastik di udara menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan, karena mikroplastik berukuran cukup kecil untuk terhirup langsung ke paru-paru. Mikroplastik bisa berbahaya jika masuk ke saluran pernapasan. Penyakit ini dapat menyebabkan pembengkakan dan kerusakan pada tenggorokan dan jaringan paru-paru, sehingga menyebabkan nyeri dada ringan atau sesak napas. Mikroplastik berpotensi dapat menumpuk dan merusak kantung udara (alveoli) di paru-paru. 

Hal ini dapat meningkatkan risiko terkena kondisi paru-paru seperti emfisema dan kanker paru-paru. Dan mikroplastik yang ukurannya sangat kecil dapat masuk ke aliran darah yang dapat tersalurkan ke banyak organ di tubuh, bahkan ada yang membentuk plak di pembuluh darah. Rafika menambahkan bahwa. 

“Mikroplastik sifatnya seperti magnet, sehingga bahan polutan yang ada disekitarnya dapat diserap dan diikat oleh mikroplastik, jadi ketika kita menghirup mikroplastik kita juga akan menghirup polutan berbahaya yang diikat oleh mikroplastik,” kata Rafika.

Firly Mas’ulatul Jannah selaku Manager Zero waste cities mengungkapkan bahwa pembakaran sampah plastik di beberapa wilayah terjadi karena belum adanya fasilitas pengangkutan sampah. “Maka harusnya pemerintah mendirikan menyediakan TPS 3R di setiap wilayah kelurahan atau desa untuk meminimalisir penanganan sampah yang tidak tepat salah satunya pembakaran,” kata Firly.