LIPUTAN KHUSUS:

Gurun sedang Meluas di Bawah Laut


Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Terumbu karang akan segera lenyap jika tren panas saat ini terus berlanjut.

Kelautan

Sabtu, 18 Mei 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Bila tren suhu panas terus berlanjut, terumbu karang di berbagai belahan dunia akan musnah. Wilayah yang kehilangan koral akan menjadi gersang, seperti gurun.

Ancaman panas terhadap terumbu karang tersebut dibahas dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan oleh Oxford University Press, yang menyoroti tren kesehatan terumbu karang yang mengkhawatirkan di seluruh dunia, menggarisbawahi dampak parah perubahan iklim terhadap suhu dan pola sirkulasi laut.

Dilansir dari Earth.com. selama setahun terakhir, terumbu karang telah mengalami tingkat pemutihan dan kematian yang belum pernah terjadi sebelumnya, terutama di sekitar Karibia, pantai Meksiko dan Amerika Tengah, serta beberapa pulau di Pasifik, termasuk Kiribati dan Fiji. Data tersebut menunjukkan masa depan yang suram, menunjukkan bahwa terumbu karang akan segera lenyap jika tren panas saat ini terus berlanjut.

Tahun 2023 merupakan tahun yang memecahkan rekor, menyaksikan suhu tertinggi yang pernah diukur baik di daratan maupun di lautan. Daerah yang sangat terpengaruh, seperti di sekitar Jamaika, mengalami suhu udara harian yang paling ekstrem dan peningkatan suhu permukaan laut yang berkepanjangan.

Kondisi terkini Great Barrier Reef. Laporan terbaru mengungkap bahwa ekosistem terumbu karang terbesar itu mengalami pemutihan massal keenam pada 2022. Foto: Great Barrier Reef Marine Park Authority

Anomali termal yang signifikan ini telah menyebabkan peristiwa pemutihan karang yang paling parah yang tercatat di belahan bumi utara hingga saat ini. Mengingat tren yang diamati, dampak buruk yang serupa pada terumbu karang diantisipasi untuk belahan Bumi selatan pada awal 2024.

Para peneliti menggunakan analisis titik panas untuk memprediksi kejadian pemutihan, mengidentifikasi area di mana suhu permukaan laut melebihi rata-rata bulan terpanas lebih dari satu derajat Celcius. Temuan ini didasarkan pada data suhu laut yang dapat diakses secara terbuka yang diperoleh dari pengamatan satelit, yang memberikan wawasan penting tentang pola anomali suhu.

Penelitian ini memberikan pemeriksaan terperinci tentang distribusi spasial dan temporal titik-titik pemutihan karang selama 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus laut utama mengalami pemanasan yang signifikan, yang mengindikasikan percepatan transportasi panas dari daerah tropis ke kutub.

Pemanasan ini tidak hanya mempengaruhi lautan sub-kutub, tetapi juga berkontribusi pada pencairan es di kutub yang cepat dan peningkatan stratifikasi lapisan lautan--elemen penting dari pemanasan global yang tidak sepenuhnya ditangkap dalam proyeksi Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) saat ini. Perubahan ini menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup terumbu karang secara global.

Menurut Thomas Goreau, penulis utama penelitian ini, keadaan terumbu karang telah memburuk sejak 1980-an, dengan suhu tinggi yang menyebabkan pemutihan dan kematian yang meluas.

"Terumbu karang, yang paling rentan dari semua ekosistem, mulai memutih dan mati karena suhu tinggi mulai tahun 1980-an. Sebagian besar karang di seluruh dunia telah mati, dan yang masih hidup tidak dapat menerima lebih banyak pemanasan," kata Goreau.

Dia menekankan, lonjakan suhu global yang tiba-tiba selama tahun 2023 semakin membahayakan ekosistem ini, yang menunjukkan bahwa perubahan skala besar dalam sirkulasi laut sedang terjadi, menyebabkan umpan balik positif yang memperkuat efek pemanasan global yang tidak termasuk dalam model IPCC.

Temuan penelitian ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan strategi yang komprehensif untuk memitigasi dampak perubahan iklim. Ketika suhu laut terus meningkat dan mengganggu proses alami, kelangsungan hidup terumbu karang dan kesehatan lingkungan laut secara keseluruhan dipertaruhkan.

Penelitian ini merupakan seruan penting untuk bertindak, mendesak upaya global untuk memahami dan memerangi penyebab utama perubahan iklim sebelum terlambat bagi ekosistem yang paling rentan di planet kita.

Terumbu karang adalah ekosistem bawah laut yang hidup, sering disebut sebagai hutan hujan di laut karena keanekaragaman hayatinya yang kaya. Struktur halus ini dibangun oleh koloni hewan kecil yang disebut polip karang, yang membentuk hubungan simbiosis dengan ganggang yang dikenal sebagai zooxanthellae. Alga menyediakan makanan bagi karang melalui fotosintesis dan berkontribusi pada warna-warna cerahnya.

Namun, terumbu karang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungannya, terutama terhadap kenaikan suhu laut. Saat suhu meningkat, karang mengalami stres, yang menyebabkan pemutihan. Hal ini terjadi ketika karang yang stres mengeluarkan zooxanthellae, kehilangan warna dan sumber makanan utamanya.

Pemutihan dapat menyebabkan kematian yang meluas. Bahkan ketika karang selamat dari peristiwa pemutihan, mereka lebih rentan terhadap penyakit dan kematian.

Dampak kenaikan suhu terhadap terumbu karang sangat besar. Terumbu karang melindungi daerah pesisir dari gelombang badai dan erosi, mendukung industri perikanan, dan merupakan pusat keanekaragaman hayati laut. Penurunan terumbu karang tidak hanya berdampak pada spesies laut yang bergantung pada terumbu karang, tetapi juga pada mata pencaharian jutaan orang di seluruh dunia.