LIPUTAN KHUSUS:

Katak Berteriak, Tapi Kita Tak Bisa Mendengarnya 


Penulis : Kennial Laia

Ilmuwan berhasil merekam teriakan katak endemik Hutan Hujan Atlantik Brasil untuk pertama kalinya. Alasan jeritan itu memerlukan studi lebih lanjut.

Spesies

Sabtu, 13 April 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Hutan hujan bisa menjadi tempat yang bising, jadi bagaimana Anda membuat diri Anda didengar jika sedang dalam masalah? Bagi katak perampok tanah liat (clay robber frog), jawabannya adalah dengan mengeluarkan jeritan yang nyaring. Namun jeritan ini tidak dapat didengar secara alami oleh manusia. 

Kini tim ilmuwan berhasil mencatat jeritan katak perampok tanah liat (Haddadus binotatus) untuk pertama kalinya. Hewan ini adalah spesies endemik Hutan Hujan Antlantik Brasil, bagian dari lembah Amazon. 

Menurut para ilmuwan, penggunaan gelombang ultrasonik adalah hal yang umum di dunia hewan untuk komunikasi dan ekolokasi, seperti kelelawar, lumba-lumba, dan paus. Katak juga dapat menggunakan gelombang ultrasonik untuk mengobrol, meskipun beberapa peneliti menduga bahwa katak juga dapat menggunakannya untuk melakukan panggilan darurat.

Untuk mendengarkan jeritan katak tersebut, tim peneliti harus memancing katak ke mode pertahanan. Hal ini dilakukan dengan memegang kaki belakang katak, sebuah metode yang telah dicoba dan diuji untuk mensimulasikan serangan predator. Sebagai respons, katak mengangkat bagian depan tubuhnya, menyentakkan kepala ke belakang dan membuka mulutnya lebar-lebar seolah-olah sedang mempersiapkan diri, lalu menutup sebagian mulutnya.

Katak perampok tanah liat (Haddadus binotatus) yang suka berteriak dalam gelombang ultrasonik. Spesies ini endemik hutan hujan Atlantik di Brasil. Dok igorgerolineto via iNaturalist

Seperti yang terungkap dalam dua rekaman, penutupan mulut ini bertepatan dengan panggilan darurat berfrekuensi tinggi dari katak tersebut. Meskipun sebagian panggilan tersebut memiliki frekuensi antara 7 hingga 20 kilohertz, frekuensi yang dapat didengar manusia, ada juga komponen yang berada di atas 20kHz dan hingga 44 kHz – yang merupakan wilayah ultrasonik, yang tidak dapat didengar manusia.

Posisi katak yang defensif menunjukkan bahwa panggilan darurat juga memiliki tujuan defensif, tetapi bagaimana panggilan tersebut dimaksudkan untuk mengusir predator masih belum jelas. Salah satu kemungkinannya adalah hal itu membuat takut banyak hewan predator lainnya.

“Beberapa predator potensial amfibi, seperti kelelawar, hewan pengerat, dan primata kecil, mampu mengeluarkan dan mendengar suara pada frekuensi ini, yang tidak bisa dilakukan manusia,” kata penulis utama laporan, Ubiratã Ferreira Souza, dalam sebuah pernyataan Maret lalu. 

“Salah satu hipotesis kami adalah bahwa panggilan darurat ditujukan kepada beberapa dari mereka, namun bisa juga terjadi bahwa pita frekuensi luas bersifat generalis dalam arti bahwa hal itu seharusnya menakuti sebanyak mungkin predator,” tulis para ilmuwan dalam makalahnya, yang diterbitkan di jurnal Acta Ethologica awal Januari 2024. 

Ilustrasi teriakan katak perampok tanah liat. Dok Lucas Rosado via IFLScience

Namun para peneliti mengatakan bahwa berteriak-teriak untuk menakuti predator hanyalah sebuah teori. Ini mungkin juga merupakan seruan kepada predator dari predatornya, kata para peneliti. 

Souza mengatakan para peneliti turut mempertimbangkan kemungkinan jika panggilan sang katak dimaksudkan untuk menarik burung hantu yang akan menyerang ular yang mengincar hewan tersebut. 

Souza mengatakan ini adalah pertanyaan yang diharapkan dapat dijawab oleh tim melalui penelitian di masa depan, dan mereka juga berharap dapat menentukan apakah ada spesies katak lain yang juga berteriak secara diam-diam.