LIPUTAN KHUSUS:

Burung Madu Jawa dalam Ancaman


Penulis : Gilang Helindro

Burung endemik ini merupakan salah satu pollinator alam atau hewan yang memiliki peran penyerbukan bunga di Pulau Jawa.

Spesies

Rabu, 13 Maret 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Burung madu jawa (Aethopyga mystacalis) sering terlihat mengunjungi perkebunan kopi untuk mengisap nektar. Burung ini bersama kupu-kupu serta lebah dan taksa lain membantu proses penyerbukan tumbuhan kopi. 

Jihad, Senior Biodiversity Officer Burung Indonesia menyebut, burung madu jawa memiliki endemisitas dan peran penting sebagai salah satu pollinator alam atau hewan yang memiliki peran penyerbukan bunga. Merupakan jenis burung dilindungi sesuai Permen LHK Nomor 106 tahun 2018,  “Sayangnya, saat ini burung-madu jawa mengalami tekanan yang berasal dari berbagai faktor, antara lain kehilangan habitat dan perburuan di alam sebagai satwa peliharaan,” kata Jihad, dikutip Rabu, 13 Maret 2024.

Jihad menjelaskan, burung-madu jawa berukuran kecil. Panjangnya 12 cm untuk jantan dan betina 9 cm, dengan warna merah terang yang meliputi kepala, dada, dan punggungnya. Burung-madu jawa jantan memiliki mahkota dan garis malar berwarna ungu warna-warni, serta penutup sayap atas dan ekor panjang bergradasi ungu tua. Sementara itu, penutup sayap bawah dan tengahnya berwarna merah tua, perutnya abu-abu, dan sisi-sisi tubuhnya berwarna keputihan. Mata yang berkilau coklat tua, paruh, dan kaki berwarna coklat menambah pesona burung ini.

Sementara itu, burung-madu jawa betina memiliki kepala abu-abu dengan warna pucat di bagian tenggorokan, sementara sisa bulunya berwarna zaitun yang lebih pucat di bagian bawah. Sisi-sisi keputihannya memberikan sentuhan elegan pada burung ini. Burung madu jawa remaja menyerupai betina, namun dengan nuansa abu-abu yang lebih dominan.

Habitat Burung-madu jawa (Aethopyga mystacalis), di Desa Purwosari (Foto: Burung Indonesia/Jihad)

Burung madu jawa menetap di habitat hutan perbukitan, hutan pegunungan bawah, hutan sekunder, dan tepi hutan. Mereka sering ditemukan pada ketinggian 800-1985 m, meskipun terkadang juga bisa dijumpai di ketinggian mendekati permukaan laut atau bahkan pada ketinggian 2300 m.

Ihwal makanannya, sejauh ini informasinya masih terbatas. Menurut Jihad, biasanya mereka mencari makan secara berpasangan di lapisan atas hutan. Meski begitu, burung madu jawa seringkali ditemukan menghisap nektar bunga-bunga tumbuhan semak maupun tumbuhan lapisan bawah.

Salah satu lokasi di mana burung ini dapat dilihat dengan cukup mudah adalah di lanskap pegunungan Menoreh yang terletak di perbatasan DIY Yogyakarta dan Jawa Tengah, khususnya di Desa Purwosari maupun Desa Jatimulyo.

Di desa-desa in ungkap Jihadi, burung-madu jawa hampir dapat ditemukan di semua tipe habitat seperti agroforestri, perkebunan kopi, perkebunan teh maupun di kebun halaman rumah di wilayah perkampungan.

Jihad menyebut, aksi-aksi konservasi yang diimplementasikan oleh Burung Indonesia bersama dengan mitra lokal di Yogyakarta berupaya untuk menyelamatkan berbagai spesies burung, terutama spesies burung endemis Jawa. 

Dengan meningkatkan peran serta masyarakat lokal, kata Jihad, mendorong pengelolaan habitat secara lestari melalui pendidikan, penyadartahuan, peningkatan kapasitas, dan advokasi kebijakan. 

Salah satu dampak dari aksi konservasi yang dilakukan bagi spesies-spesies burung endemis Jawa. “Saat ini masyarakat, terutama di Desa Purwosari memahami nilai penting burung dan keragaman hayati lainnya bagi ekosistem, dan mampu memanfaatkan kekayaan spesies burung di desa secara lestari dan berkelanjutan melalui wisata maupun peningkatan penghidupan,” ungkap Jihad.