12 Perempuan Tewas di Madina Usai Longsor di Tambang Emas Ilegal
Penulis : Tim Betahita
Tambang
Sabtu, 30 April 2022
Editor :
BETAHITA.ID - Sebanyak 12 perempuan ditemukan tewas tertimbun longsoran tanah bebatuan dan lumpur di lokasi tambang emas di Kecamatan Lingga Bayu, Mandailing Natal (Madina), Sumatra Utara. Sementara itu terdapat dua luka-luka. Seluruh korban berjenis kelamin perempuan.
Para korban merupakan warga Desa Simpang Bajole dan Desa Bandar Limabung, Kecamatan Lingga Bayu. Menurut Kapolres Madina AKBP Reza Akbar, insiden tersebut terjadi saat sejumlah warga sedang menambang emas. Mereka memasuki lubang dompeng untuk mendulang emas.
Istilah dompeng digunakan warga dalam aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI).
“Akibat longsoran tebing lubang dompengan tersebut, 12 orang meninggal dunia. Sedangkan dua orang lainnya berhasik keluar dengan selamat. Korban meninggal akibat tertimpa tanah, bebatuan, dan lumpur,” kata Reza, Jumat, 29 April 2022, dikutip CNNIndonesia.com.
Korban yang meninggal dunia telah dikebumikan pada Jumat, 29 April 2022.
Kepala Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Sumatra Utara Wilayah VI Mandailing Natal Apri Jayacakti mengatakan, kegiatan PETI di lokasi kecelakaan terhenti sejak pemerintah menutup tambang ilegal tersebut pada 2021.
Kawasan penambangan berjarak sekitar empat jam perjalanan darat dari ibu kota Madina, Panyabungan.
Menurut laporan Kompas, mereka diduga nekat melakukan penambangan di lokasi PETI di Desa Bandar Limabung karena terdesak kebutuhan menjelang hari raya Lebaran.
Para ibu dilaporkan mengorek lubang bekas tambang di sekitar bukit yang memiliki kemiringan 30-45 derajat, sekitar pukul 15.00 WIB. Satu jam kemudian, sekitar pukul 16.00 WIB, lokasi penggalian runtuh dan menimbulkan timbunan setinggi 2 meter.
Menurut Apri, warga telah mengetahui bahaya dari kegiatan penambangan ilegal tersebut. Saat lokasi tambang ditutup tahun lalu, sebagian warga beralih profesi menjadi pedagang, petani, penarik becak, ataupun bekerja di ladang. Namun sebagian masih ada yang menambang.
“Masyarakat sudah mengetahui bahayanya, risiko sudah mereka pahami,” kata Apri.
SHARE