Hilir Muara: dari Desa Sampah Menjadi Kampung Warna-Warni
Penulis : Betahita.id
Lingkungan
Rabu, 29 April 2020
Editor :
BETAHITA.ID - Hilir Muara di Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan, yang berada di muara sungai, membuat desa itu berpuluh tahun menjadi ujung pembuangan sampah. Baik sampah dari hulu sungai dan dari limbah masyarakat desa itu.
Walhasil, Hilir Muara bukanlah desa yang elok meskipun mempunyai latar pemandangan senja epik.
Sampah menjadi masalah besar, karena rendahnya kesadaran warga terhadap kebersihan. Bahkan desa itu, pernah mendapat predikat desa terkumuh nomor dua di Kotabaru. Persoalan sampah di Desa Hilir Muara terbilang akut, sampah kiriman yang bermuara di desa itu, merupakan paduan sampah plastik, limbah rumah tangga, dan kimia.
Masalah sampah itu, juga menjadi perhatian Mubadala Petroleum, yang wilayah kontrak kerjanya meliputi perairan di dekat Desa Muara Hilir. Lalu, perusahaan migas itu pada 2018 melakukan social mapping, sebagai bagian dari perencanaan program pengembangan masyarakat berkelanjutan. Salah satu dari program berbasis kegiatan ekonomi, berupa pendirian bank sampah – sebagai program prioritas di samping program-program lainya.
Mubada Petroleum menggelar serangkaian pelatihan dan sosialisasi pengelolaan sampah, sebagai titik awal untuk membangun sistem daur ulang dan bank sampah. Untuk proyek awal pada kwartal I 2018, warga dan Mubadala memprakarasi berdirinya Bank Sampah Hilir Muara Bercahaya dan Kelompok Wanita Kreatif Daur Ulang Sampah.
Tak butuh waktu lama, bank sampah ini berjalan dengan baik. Pada kwartal I 2019, telah 10 persen keluarga di Desa Hilir Muara menjadi anggota Bank Sampah -- yang sekarang bertranformasi menjadi Bank Cinta Lingkungan Hilir Muara Bercahaya sesuai arahan dari Pemkab Kotabaru.
Kisah sukses bank sampah di Desa Hilir Muara tak lepas dari peran para wanita. Mereka perlu memahami, bagaimana mengelola sampah rumah tangga. Para wanita umumnya bergelut dengan limbah rumah tangga. Mereka juga menjadi sosok yang memberi edukasi pentingnya kebersihan bagi anak-anak dan suami.
Para wanita itu, lalu tergabung dalam Kelompok Wanita Kreatif Daur Ulang Sampah, bersama beberapa kelompok kreatif di Kabupaten Kotabaru. Mereka memperoleh pelatihan terkait pengembangan produk dan pasar. Dari hasil pelatihan yang dihelat Mubadala Petroleum dan Pemkab Kotabaru, mereka berhasil mendaur ulang sampah dan menyulapnya menjadi produk-produk kreatif yang dipamerkan dalam berbagai ajang.
Kampung Warna Warni
Langkah selanjutnya, dalam mewujudkan visi menjadikan Desa Hilir Muara yang “Bersih, Kreatif dan Inovatif”, warga, aparatur Desa Hilir Muara, dan tokoh masyarakat melangkah setahap lagi. Mereka berupaya mewujudkan Gang Hijau yang dikombinasikan dengan Kampung Warna Warni.
Penghijauan juga dilakukan di jalan-jalan utama desa. Konsep ini desa warna-warni telah menyulap kampung-kampung kumuh di Malang, Yogyakarta, Depok, Bandung dan berbagai kota lain di Indonesia. Tapi Desa Muara Hilir memiliki pembeda, karena mampu memadukan kreativitas dengan langkah penghijauan. Konsep ini jarang ditemui pada kampung warna-warni lainnya.
Agar gerakan bank sampah, UMKM, dan industri kreatif lestari, pemerintah Desa Hilir Muara bekerja sama dengan Politeknik Kotabaru, mendesain dan memasang Penahan Sampah Terapung (PST). Teknologi tersebut, berguna untuk mencegah sampah dari luar desa masuk ke perairan Desa Hilir Muara – terutama saat air laut pasang.
Berbagai inovasi tersebut, membuat Desa Hilir Muara mendapatkan pengakuan dari Provinsi Kalimantan Selatan, sebagai salah satu desa yang memiliki inisiatif dalam mengantisipasi perubahan iklim (Desa PROKLIM). Selain itu, Desa Hilir Muara menjadi desa rujukan dalam pengelolaan sampah.
Menurut Senior Officer Corporate Social Responsibility Mubadala Petroleum, Ruly Bernaputra, di masa depan, bukan tak mungkin kebersihan desa ini, bakal mengundang wisatawan. Sekadar menikmati uniknya kampung warna warni dan hutan bakau yang ada di sekitar Desa Hilir Muara.
SHARE