Baen Ditemukan Mati dengan 7 Peluru di Kebun Best Agro Group
Penulis : Redaksi Betahita
Konservasi
Selasa, 03 Juli 2018
Editor : Redaksi Betahita
SERUYAN, BETAHITA.ID — Bangkai seekor orangutan ditemukan di dalam lahan perkebunan PT Wana Sawit Subur Lestari (WSSL) II Best Agro Group, Desa Tanjung Hanau, Kecamatan Hanau, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Bangkai hewan yang dilindungi itu sudah membusuk dan terapung di salah satu kanal perkebunan, sekitar 7,8 kilometer dari kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP). Orangutan tersebut diduga mati akibat dianiaya.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II, Agung Widodo. mengungkapkan Orangutan tersebut ditemukan oleh salah seorang pekerja perkebunan pada Minggu (1/7/18) sore. Temuan itu selanjutnya disampaikan kepada staf lapangan Orangutan Foundation (OFI), sebelum dilanjutkan ke BKSDA SKW II Pangkalan Bun dan Kepala BKSDA Kalimantan Tengah.
“Sesuai perintah danarahan BKSDA provinsi, pada Senin (2/7/2018) pagi, BKSDA Pangkalan Bun bersama tim dari Balai Pengamanan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Kehutanan dan tim OFI turun ke lokasi untuk melakukan identifikasi,” ujar Agung, hari ini (3/7/2018). Evakuasi dan identifikasi awal kelar sekitar pukul 17.00. “Saat ini tim Gakkum dari Palangka Raya kembali turun ke lokasi untuk Pulbaket (pengumpulan bahan keterangan),” dia menambahkan.
Berdasarkan identifikasi awal, orangutan jantan itu berumur kurang lebih 20 tahun. Diperkirakan orangutan tersebut membangkai atau mati sejak 1 sampai 2 minggu yang lalu.
Lokasi penemuan bangkai orangutan tersebut berada pada Blok Q45 Elang Estate 3, Kebun 5, Afdeling 19, PT. WSSL II, Desa Tanjung Hanau, Kecamatan Hanau, Seruyan. Dengan titik koordinat -2.693362;
112.169452 49 M 0629997; 9702238. Lokasi ditemukan bangkai orangutan berada di sebelah area landclearing baru yang sedang dikerjakan dengan menggunakan 2 alat berat.
Orangutan itu Bernama Baen
Field Director OFI, Fajar Dewanto mengatakan orangutan itu merupakan orangutan ekstranslokasi. Itu diketahui berdasarkan hasil pemindaian cip identifikasi yang tertanam di tubuhnya , yang dilakukan tim dokter hewan OFI sebelum translokasi. Orangutan ini, lanjut Fajar, ditranslokasi dari areal perkebunan PT WSSL II, Blok R31-32, pada 23 September 2014 lalu.
“Dulu (2014), waktu translokasi orangutan itu kita pasang cip identifikasi dan kita beri nama Baen. Sekarang kita temukan lagi dalam keadaan mati di dalam areal perkebunan PT WSSL juga,” kata Fajar Dewanto, Selasa (3/7/18).
Baen diduga mati karena penganiayaan. Berdasarkan nekropsi dan rontgen X-Ray, tim dokter hewan OFI mendapati beberapa luka sayatan dan tusukan di jasad Baen. Jempol tangan kanan, misalnya, hilang. Juga ada luka terbuka di jari telunjuk tangan kanan, luka terbuka di pergelangan tangan kiri, luka terbuka di telapak kaki kiri, dan luka terbuka di telunjuk kaki kiri.
Ada pula bekas ikatan di pergelangan kaki kanan, luka terbuka di telapak kaki kanan, luka terbuka di punggung tangan kanan, luka terbuka di pinggang dan tubuh bagian kiri, luka terbuka di punggung kiri, luka terbuka di lengan kiri, luka terbuka di betis kiri, luka tusukan di punggung kanan.
“Selain itu, berdasarkan rontgen X-Ray, ditemukan 7 butir peluru senapan angin. Masing-masing di pinggang kiri 2, di jari tengah kaki kiri 1, di kepala 2, di lengan kanan 2. Ditemukan juga bekas patah tulang lengan kanan yang sudah menyambung,” ujar Fajar. “Kematian orangutan ini dimungkinkan akibat tindak kekerasan.”
PT WSSL Menyesalkan Orangutan Mati di Areal Perkebunan
Representative PT WSSL Region Wilayah Pangkalan Bun, Ramli Tamba mengaku menyesalkan kematian orangutan di areal perkebunan PT WSSL II. Saat ini pihaknya tengah menunggu hasil pemeriksaan terhadap bangkai orangutan Baen dari pihak BKSDA. “Nanti kalau ada perkembangan saya sampaikan,” kata Ramli Tamba, Selasa (3/7/18).
Ramli menuturkan, konflik orangutan dan manusia di dalam perkebunan PT WSSL cukup tinggi. Beberapa kali dilaporkan orangutan masuk ke daerah perumahan karyawan perusahaan. “Tindakan kita atas kejadian ini adalah dengan melakukan kordinasi ke pos OFI dan evakuasi. Kita juga melakukan monitoring satwa dan fauna dengan meminta bantuan BKSDA. Evakuasi juga pernah kita lakukan dengan meminta bantuan BKSDA dan dilepaskan di (Suaka Margasatwa) Lamandau. Pernah kita lakukan pelatihan dan pemaparan tentang satwa orangutan dengan mendatangkan OFI dari Pangkalan Bun dan kita mengadopsi satu anak orangutan.”
Kasus Kedua Sejak 2015 Lalu
Kasus penemuan bangkai orangutan di areal perkebunan PT WSSL II ini bukan yang pertama. Pada 16 dan 17 September 2015, kasus serupa pernah terjadi.
Waktu itu ditemukan empat kerangka bangkai orangutan di empat titik di perkebunan PT WSSL II. Pada lokasi pertama dan kedua orangutan yang ditemukan tinggal berupa tengkorak dan tulang belulang. Di lokasi ketiga bangkai orangutan masih utuh, terbungkus terpal biru. Bangkai terakhir kondisinya hanya berupa bulu dan tulang. Dalam kasus ini kepolisian telah menetapkan satu tersangka yang diduga sebagai pelaku pembataian orangutan.
RADEN ARIYO WICAKSONO/BETAHITA.ID
SHARE