Orang Utan Bukan Dagangan
Penulis : Kennial Laia
Satwa
Rabu, 20 Agustus 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Perdagangan ilegal orang utan masih marak di Indonesia. Dalam dua tahun terakhir, otoritas hukum nasional maupun internasional mengungkap berbagai kejahatan terhadap satwa liar terancam punah tersebut.
Direktur Eksekutif Orangutan Information Centre (OIC) Syafrizaldi Jpang mencatat, kasus terbaru Mei lalu, saat aparat Thailand menggagalkan penjualan dua bayi orang utan. Sebelumnya pada Februari, Thailand juga menyita tiga bayi orang utan asal Indonesia yang diselundupkan melalui Malaysia.
Sementara itu pada Juli 2024, tiga pedagang orang utan ditangkap di Aceh Tamiang. Tak lama berselang, kasus jual-beli dua bayi orang utan terungkap di Melawi, Kalimantan Barat.
“Sebelumnya, otoritas kita juga berhasil membongkar jaringan perdagangan tengkorak satwa. Hasilnya, 78 tengkorak primata disita. Sebagian tengkorak itu terkonfirmasi sebagai orang utan,” kata Syafrizaldi pada perhelatan festival di Taman Hutan Raya (Tahura) Trumon, Aceh Selatan, Senin, 18 Agustus 2025.

Kondisi di lapangan tersebut menjadi salah satu isu utama bagi konservasi orang utan di dalam negeri. Di Aceh, tema utama festival orang utan sama setiap tahunnya, yakni Love for Orangutan. Hari orang utan sendiri diperingati setiap 19 Agustus.
Orang utan bukan komoditas perdagangan, melainkan satwa kunci yang menjaga keseimbangan hutan dan kehidupan manusia. Seperti itulah pesan yang diusung pada Festival Orang Utan 2025 selama dua hari di Aceh. Para pegiat konservasi mengajak publik untuk peduli, khususnya generasi muda.
“Orang utan itu endemik Indonesia. Rumahnya di sini. Kampanye ini adalah seruan agar kita bersama-sama menghentikan perdagangan satwa dilindungi dan menjaga habitatnya,” kata Syafrizaldi.
Ketua panitia festival, Irfan Fitra Mansyah, mengatakan kampanye tersebut dimulai sejak 21 Juli lalu. Kegiatannya melibatkan anak muda yang tergabung dalam Sahabat Alam Lestari (SALI), yang merancang berbagai lomba seperti desain logo Tahura Trumon dan desain infografis. Puncak acara berlangsung dua hari, pada 18-19 Agustus.
SALI juga menggelar kemah konservasi dengan menghela lomba photo on the spot serta lomba mewarnai untuk anak-anak TK dan PAUD. Semua kegiatan bertujuan memperkenalkan orang utan dan hutan Sumatera dengan cara menyenangkan sekaligus mendalam.
“Semoga festival ini meningkatkan kesadaran bahwa hutan adalah habitat asli orang utan dan warisan penting yang harus kita jaga bersama,” kata Irfan.
SHARE