A-N Konferensi Iklim COP29 di Baku

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Selasa, 12 November 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim ke-29 atau COP29 tahun ini digelar di Baku, ibu kota Azerbaijan yang terletak di tepi Laut Kaspia. Dibuka pada Senin, 11 November 2024, selama dua minggu ke depan hampir 200 negara akan membahas dan bernegosiasi tentang adaptasi dan mitigasi krisis iklim. 

Pendanaan akan menjadi prioritas utama pada COP29. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, membutuhkan dukungan keuangan untuk mempercepat transisi menuju energi ramah lingkungan dan menghadapi dampak perubahan iklim.



Parapihak 

Negara-negara yang hadir di Baku adalah yang menandatangani Perjanjian Paris pada COP21 di Paris pada 2015. Dalam kesepakatan ini, negara-negara setuju untuk menjaga pemanasan jauh di bawah 2°C dibandingkan pada masa pra-industri. Tujuannya untuk mengupayakan pembatasan kenaikan suhu lebih lagi hingga 1,5°C.  

Kesepakatan ini menjadi panduan bagi negara-negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, jika ingin mencegah kerusakan terburuk akibat perubahan iklim dan mencapai target dalam perjanjian tersebut. Namun, meski telah berkomitmen, perjanjian ini masih memungkinkan masing-masing negara untuk menentukan sendiri kontribusinya pada upaya tersebut, yang disebut kontribusi yang ditentukan secara nasional (NDCs). 

Bendera KTT iklim COP29, yang digelar di Baku, Azerbaijan, 11-22 November 2024. Dok. Baku Network

Dokumen NDC, yang berisi komitmen, target, dan upaya iklim ini diserahkan setiap lima tahun kepada Sekretariat UNFCCC. Indonesia sendiri menyerahkan First NDC pada 2016. Sementara itu untuk Second NDC (S-NDC) Agustus lalu. Di dalam dokumen termutakhirnya, Indonesia menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca secara mandiri sebesar 31,89% dan 43,2% dengan dukungan internasional. 

Di COP, pelobi dari industri energi fosil juga hadir. Tahun lalu, COP28 di Dubai dihadiri 2.456 pelobi dan perwakilan dari perusahaan minyak gas seperti Shell, Total, dan ExxonMobil, berdasarkan laporan The Guardian. Konferensi iklim juga dihadiri oleh perwakilan dari berbagai organisasi masyarakat sipil dan masyarakat adat. 

Pendanaan iklim menjadi isu utama COP29

Pendanaan iklim menjadi topik utama di COP29 Baku. Salah satunya mekanisme baru bernama New Collective Qualified Goal (NCQG) yang merujuk pada pendanaan iklim tahunan yang baru, menggantikan janji dukungan sebesar $100 miliar yang sebelumnya dijanjikan negara kaya seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa kepada negara berkembang. Janji ini akan berakhir pada akhir tahun 2024. 

Mekanisme baru ini akan membahas upaya yang jauh lebih kompleks, yang mencakup pinjaman multilateral global dengan cara mengurangi risiko keuangan terkait perubahan iklim dan mendorong lebih banyak modal swasta. 

Di Baku, kesepakatan global mengenai aturan perdagangan karbon juga akan menjadi agenda utama. Kredit karbon diperoleh melalui pelestarian hutan dan penyerap karbon alami lainnya, dan ditujukan untuk negara-negara sebagai opsi untuk menyeimbangkan emisi mereka. Kredit karbon juga diperdagangkan di pasar terbuka. 

Hal-hal yang harus diputuskan terkait hal ini adalah bagaimana badan pengawas menetapkan standar untuk perdagangan karbon, apakah kredit harus dievaluasi sebelum diperdagangkan, dan kapan kredit ini dapat dicabut. 

Loss and damage 

Salah satu elemen utama pendanaan iklim adalah isu loss and damage atau kerugian dan kerusakan. Istilah ini menggambarkan kerusakan paling ekstrem akibat krisis iklim, begitu parah sehingga adaptasi sebesar apapun tidak dapat mencegahnya. 

Dana kerugian dan kerusakan ini dimaksudkan untuk penyelamatan dan rehabilitasi negara dan komunitas yang terkena dampak peristiwa ekstrem. Salah satu contohnya adalah banjir dahsyat di Pakistan dua tahun lalu, yang menyapu bersih kota dan desa, serta sebagian besar infrastruktur dan perekonomian negara tersebut. 

Terobosan mengenai pendanaan loss and damage terjadi pada KTT COP28 di Dubai tahun lalu, di mana pengelolaannya dibentuk di bawah naungan Bank Dunia. Belum jelas kapan dana ini akan mulai dicairkan, sehingga negara-negara berharap akan ada kemajuan dalam operasional dana tersebut pada COP29. 

NDCs

COP29 membahas pendanaan iklim sebagai topik utama, namun kebutuhan akan NDC baru tidak dapat diabaikan. The Guardian melaporkan bahwa pemerintah dari berbagai negara diharapkan menyampaikan rencana terbaru mereka pada bulan Februari mendatang, jauh sebelum konferensi COP30 di Brasil pada November 2025, di mana rencana tersebut akan dinilai.

Terpilihnya Donald Trump di AS kemungkinan akan melemahkan upaya negara-negara untuk mengajukan NDC baru yang ketat. Banyak negara yang keras kepala cenderung menggunakan penolakan iklimnya sebagai kedok atas kelambanan mereka. Meskipun demikian, COP29 akan dinilai sukses jika tuan rumah dapat membujuk negara-negara untuk menyetujui pengajuan NDC baru tahun depan.

Indonesia di COP29

Sebagai salah satu negara berkembang yang meratifikasi Perjanjian Paris, COP29 menjadi tempat bagi Indonesia untuk melakukan diplomasi dan negosiasi untuk mencapai kepentingannya, termasuk investasi dan pendanaan iklim. 

Delegasi Indonesia di COP29 diketuai oleh Hashim Djojohadikusumo, pengusaha dan adik Presiden Prabowo Subianto. Diberitakan berbagai media, pada hari pembukaan KTT iklim tersebut, Hashim turut membuka Paviliun Indonesia, yang menyerupai pojok informasi mengenai kontribusi dan aksi iklim Indonesia. Di sini juga akan digelar diskusi dan seminar yang dapat dihadiri perserta COP29. 

Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni dan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Fasil turut hadir pada peresmian tersebut, serta Utusan Khusus Presiden untuk Perdagangan Internasional dan Kerjasama Multilateral Mari Elka Pangestu. 

SHARE