KKP Klaim Peringkat Sampah Plastik Indonesia Turun
Penulis : Gilang Helindro
Sampah
Kamis, 01 Agustus 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengklaim, posisi Indonesia turun dari posisi kedua penghasil sampah plastik terbanyak di dunia menjadi peringkat ke-5. Sekretaris Dirjen Pengelolaan dan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Kusdiantoro dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja KKP menyebut, turunnya peringkat Indonesia tersebut tidak lepas dari kerja sama pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penanganan sampah plastik. Hal itu dia sebut telah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap sampah.
"Data yang sama dari 2021 sampai 2023, menggunakan data akurat yang diterbitkan oleh Lawrance, kita di peringkat lima. Artinya ada penurunan dari sisi jumlah sampah plastik," kata Kusdiantoro, dikutip Rabu 31 Juli 2024.
Dia mengungkapkan, awalnya program pembersihan sampah dilakukan di 12 lokasi, namun kini bertambah menjadi 18 lokasi. Dulu 2022-2023 jumlahnya masih sedikit, tapi 2024 besar lompatannya. “Artinya kesadaran semakin baik. Kita optimistis besok-besok bisa keluar dari daftar 10 besar," ungkap Kusdiantoro.
Selain pemerintah daerah, KKP mengandeng perusahaan-perusahaan untuk mengurangi sampah, kata Kusdiantoro. “Tidak hanya membersihkan, tapi mengedukasi dan melatih sehingga harapannya mereka tumbuh menjadi pelaku usaha yang menciptakan nilai ekonomi," kata Kusdiantoro.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan pentingnya penanganan dan pengelolaan sampah agar tidak berakhir di perairan, karena kerugian yang disebabkannya tidak hanya kepada lingkungan tapi juga sektor ekonomi. Menurut Muhammad Reza Cordova, peneliti BRIN, Indonesia mengalami kerugian secara ekonomi sekitar Rp250 triliun, “Akibat sampah plastik yang masuk lingkungan laut," ungkap Reza dalam diskusi daring, seperti diberitakan Betahita pada Rabu, 1 Mei 2024, lalu.
Reza menjelaskan, estimasi kerugian tersebut baru berasal dari tiga sektor, yakni maritim, kelautan, dan perikanan. Jumlah itu, kata Reza, jauh lebih besar jika dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pengelolaan sampah didukung dengan fasilitas yang bagus.
SHARE