Serangga Bingung Karena Polusi Udara Ubah Aroma Bunga
Penulis : Kennial Laia
Lingkungan
Sabtu, 24 Februari 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Para ilmuwan menemukan bahwa serangga kemungkinan kesulitan menemukan bunga karena polutan udara merusak senyawa kimia yang menyebabkan aroma bunga yang memikat.
Jeff Riffell, peneliti dari University of Washington, Amerika Serikat, mengatakan bahwa minat terhadap polusi sensorik meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Polusi yang timbul dari aktivitas manusia ini dapat mengubah perilaku satwa liar dengan mengubah atau memperkenalkan rangsangan baru, katanya.
“Dalam beberapa tahun terakhir, ada peningkatan minat terhadap ‘polusi sensorik’,” kata Riffell dikutip New Scientist, Kamis (2/2).
Polusi suara, misalnya, terbukti berdampak pada kicau burung dan mungkin terkait dengan peningkatan jumlah paus yang terdampar. Sementara itu, polusi cahaya dapat menyebabkan disorientasi sejumlah hewan, termasuk burung migran dan penyu.
Namun sedikit yang diketahui tentang bagaimana aktivitas manusia memengaruhi indra penciuman hewan. Jadi, Riffell dan rekan-rekannya menyelidiki dampak polutan antropogenik terhadap penyerbuk tanaman.
Mereka fokus pada ozon dan nitrat, dua polutan yang dihasilkan oleh interaksi emisi kendaraan dengan gas di atmosfer. Keduanya diketahui bereaksi dengan senyawa yang dikeluarkan oleh bunga, sehingga mengubah baunya.
Tim peneliti mengumpulkan senyawa yang dilepaskan oleh mawar malam merah muda (Oenothera pallida), bunga gurun yang ditemukan di Amerika Utara. Mereka mengamati bahwa kedua polutan tersebut memecah senyawa aroma, namun radikal nitrat melakukan hal tersebut dengan lebih sempurna.
Untuk mempelajari apakah hal ini mengubah perilaku penyerbuk utama bunga, para peneliti memaparkan spesies ngengat elang, termasuk sphinx garis putih (Hyles lineata), pada bunga yang mengeluarkan aroma bunga alami atau bunga yang dimanipulasi untuk melepaskan aroma yang terdegradasi.
Bunga mawar yang mengeluarkan aroma terdegradasi dikunjungi 70% lebih jarang dibandingkan bunga yang mengeluarkan aroma alami. Menurut Riffell, penurunan kunjungan ini dapat mempengaruhi kesehatan ngengat elang. Hal ini juga dapat berdampak langsung pada ekosistem yang lebih luas, karena para peneliti menghitung bahwa penurunan kunjungan ngengat dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah buah yang dihasilkan tanaman sebesar 28%.
Sejak revolusi industri, jarak di mana ngengat elang dapat merasakan bunga telah menyusut dari sekitar 2 kilometer menjadi hanya beberapa ratus meter, menurut hasil pemodelan tim tersebut.
“Ini hanyalah alasan lain mengapa kita harus beralih ke sumber energi yang tidak melibatkan pembakaran,” kata anggota tim penelitian, Joel Thornton. “Jika kita dapat mengurangi emisi nitrogen oksida, hal ini akan menguntungkan kualitas udara serta fungsi ekosistem dan pertanian.”
SHARE