Penyakit Ganoderma Ancam Produktivitas Kebun Sawit Rakyat

Penulis : Kennial Laia

Sawit

Kamis, 01 Februari 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Sawit rakyat kini dihantui oleh ganoderma, yang menyebabkan pangkal batang tanaman sawit menjadi busuk. Meski bukan jenis baru, penyakit ini kian mengancam kesehatan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. 

Menurut Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alam Syah, luas perkebunan kelapa sawit milik petani yang terimbas ganoderma mencapai 46.767 hektare. Sumatra paling terdampak, dengan luas 34.000 hektare. 

Berdasarkan provinsi, terdapat 11 wilayah yang terkena bala. Di antaranya Sumatra Utara, Riau, Sumatra Barat, Jambi, Bangka Belitung, Sumatra Selatan, dan Lampung. Kemudian Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Barat. 

Menurut Andi, pemerintah terus memantau perkembangan ganoderma di seluruh provinsi Indonesia. Hal ini dilakukan melalui aplikasi sistem informasi pelaporan dan rekap data. Sementara itu pengendalian penyakit dilakukan melalui aplikasi informasi kesehatan tanaman. 

Tandan buah segar yang baru dipanen di pinggir jalan kebun sawit rakyat di kampung Sungai Enau, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Dok Kennial Laia/Betahita

"Meskipun demikian, tantangan besar tetap ada," ujar Andi dalam Simposium Internasional Ganoderma di Bandung, Selasa, 30 Januari 2024. 

Ketua DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung mengatakan, ganoderma tidak bisa dianggap sepele karena dapat menyebabkan kematian pada tanaman kelapa sawit yang terserang. Infeksi ganoderma dapat menyebar melalui spora dan kontak akar. Jika di dalam tanah terdapat inokulum, maka penyebaran melalui tanah sangat sulit dihindari.

Menurut Gulat, saat ini serangan ganoderma pada perkebunan kelapa sawit rakyat masih terkendali. Hal ini berdasarkan pemantauan Apkasindo di 22 provinsi, terkhusus kebun-kebun yang sedang mengikuti program peremajaan sawit rakyat (PSR). “Angkanya masih di bawah ambang 2% dan itu hanya terjadi di beberapa titik saja, terkhusus di lahan basah, seperti gambut,” kata Gulat. 

Gulat mengatakan, pihaknya terus melakukan pencerahan dan sosialisasi aktif melalui Divisi Khusus Ganoderma Apkasindo. Berbagai pemangku kepentingan juga turut mendukung upaya ini, termasuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan dan Kampus Pemerhati Sawit. 

“Terkhusus di kebun-kebun yang akan dan sudah PSR dengan menggunakan pupuk organik hayati dan dengan menggunakan bibit unggul yang kebal serangan ganoderma,” kata Gulat. 

Tujuh tanda tanaman sawit terkena ganoderma 

Ganoderma menyebabkan kebusukan pada tandan sawit karena serangan jamur Marasmius palmivorus. Fungi ini dapat berkembangbiak pada lingkungan dengan kelembaban udara yang tinggi.

Ada beberapa tanda jika tanaman sawit terserang penyakit ini. Diantaranya daun berubah warna hijau pucat kekuningan dan  pusat, pelepah bawah dan anak daun lingkungan ke-lima dan ke-enam mengering. Selain itu pada pangkal batang dan akar telah tumbuh struktur jamur seperti hifa dan miselia yang menyebar pada pertemuan ketiak pelepah sawit.

Berdasarkan catatan Apkasindo, kondisi tanaman sawit yang terserang ganoderma dapat dibedakan menjadi empat stadium: 

1. Stadium Satu 

Kelapa sawit yang sehat memiliki warna yang sangat cerah dan sehat. Namun pada tanaman yang terinfeksi jamur penyebab ganoderma, terlihat warna daunnya akan berubah dari hijau mengkilat menjadi gelap atau buram. Kemudian daunnya juga akan terlihat menguning, dengan bercak-bercak. Jika sudah demikian, ada kemungkinan tanaman sawit terinfeksi jamur ganoderma Stadium 1. 

2. Stadium Dua 

Infeksi jamur akan memunculkan serat yang menyerupai benang putih pada pangkal batang dan akar tanaman sawit. Ciri ini menandakan penyakit telah memasuki stadium kedua, di mana 60% jaringan pembuluh xilem dan floem tidak berfungsi lagi. Selain itu daun juga akan menjadi kering. Bentuk pelepah dan daun menjadi kusam, dan anak daun yang mempunyai lingkaran 5 dan ke 6 mengering.

3. Stadium Tiga 

Pada tahap ini, 80% pembuluh xilem dan floem sudah tidak berfungsi lagi. Ciri-cirinya seperti pelapah daun ke-2 dan ke-6 bagian pucuk sudah mulai membuka ketimbang sawit yang normal, dan biasanya di stadium 3 ini sudah terlihat banyak jamur yang menempel pada kelapa sawit yang bisa menyebabkan turunnya produksi.

4. Stadium Empat 

Jika sudah masuk ciri yang terkahir atau fase ke-4, pengelola atau pemilik kebun harus mewaspadai dan melihat kondisi kelapa sawit yang ada di lapangan. Di fase ini seluruh pelepah telah patah dan mengering seperti gejala di fase 1. Seluruh jaringan pembuluh xilem dan floem juga tidak berfungsi. Pencegahan harus dilakukan sebelum menular pada tanaman sehat lainnya. 

SHARE