10 Satwa Paling Terancam Punah di Dunia--Berapa Ko Bisa Tebak?

Penulis : Aryo Bhawono

Satwa

Minggu, 22 Oktober 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Laporan Living Planet Report 2022 yang disusun oleh WWF Inggris menyebutkan 10 satwa liar paling terancam punah di dunia. Beberapa satwa yang paling terancam tersebut berada dan menjadi hewan ikonik di Indonesia. 

Mereka menyebutkan populasi satwa liar dunia telah menurun rata-rata 69 persen sejak tahun 1970. Meskipun banyak keberhasilan dan kisah-kisah satwa liar luar biasa dan menginspirasi di masa lalu, banyak satwa yang terancam punah, sebagian besar karena aktivitas manusia. 

Saat ini daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat lebih dari 41.000 spesies berada di bawah ancaman kepunahan. Sedangkan 10 satwa paling terancam punah itu diantaranya adalah:

1. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)

Anak badak jawa (Rhinoceros sondaicus) bersama induknya terlihat dalam video kamera jebak di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Foto: KLHK

Badak Jawa dulunya ditemukan di seluruh Asia Tenggara kini telah mengalami penurunan jumlah yang mengejutkan karena perburuan dan hilangnya habitat. Populasi badak jawa yang tersisa di alam liar berada di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten yang diperkirakan tinggal 75 individu. Habitat badak jawa ini menjadi situs warisan dunia dan tempat perlindungan terakhir bagi badak Jawa. Namun kawasan ini juga terancam invasi tanaman Aren, sehingga badak-badak ini kekurangan makanan dan habitat untuk berkeliaran. Selain itu, populasi badak jawa yang kecil juga rentan terhadap kepunahan karena bencana alam, penyakit, perburuan liar, dan potensi perkawinan sedarah.

2. Macan Tutul Amur (Panthera pardus orientalis)

Satwa ini merupakan salah satu kucing besar paling langka di dunia, dengan hanya sekitar 100 ekor yang tersisa di alam liar. Meskipun populasi mereka di alam liar meningkat, subspesies macan tutul ini masih terancam punah sejak tahun 1996. Macan tutul Amur hanya dapat ditemukan di wilayah yang relatif kecil di ujung timur Rusia dan timur laut Tiongkok. Satwa yang tersisa menghadapi berbagai ancaman berupa kehilangan habitat dan fragmentasi, kelangkaan mangsa, dan infrastruktur transportasi seperti jalan raya. Namun, masih ada harapan bagi kucing besar yang langka ini. Sekitar 75 persen wilayah jelajah mereka berada di kawasan lindung di Rusia dan Tiongkok, dan mereka juga berpindah ke habitat yang sesuai di luar kawasan lindung tersebut.

3. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)

Harimau Sumatera, adalah subspesies harimau terkecil di dunia, dengan berat hingga 140 kg. Saat ini diperkirakan populasi mereka tersisa sekitar 600 ekor di alam liar, dan hanya ditemukan di Pulau Sumatera. Sejak tahun 1980-an, meningkatnya jumlah penduduk di Asia Tenggara mendesak keberadaan satwa ini. Pemukiman kian meluas dan kondlik satwa dengan manusia meningkat. Perburuan harimau dan perdagangan ilegal bagian tubuh dan produk harimau juga menjadi perhatian serius bagi kelangsungan hidup mereka.

4. Gorila Pegunungan (Gorilla beringei) 

Gorila gunung adalah subspesies gorila timur, yang hidup dalam dua populasi terisolasi di hutan dataran tinggi di daerah vulkanik dan pegunungan di Republik Demokratik Kongo, Rwanda, dan Uganda, dan di Taman Nasional Bwindi di Uganda. Lanskap Virunga memiliki sejarah ketidakstabilan politik serta tingkat kemiskinan yang tinggi. Hal ini menjadi ancaman besar bagi jumlah gorila gunung karena manusia telah pindah ke daerah yang lebih dekat dengan kera besar ini untuk mendapatkan makanan, dan tempat tinggal. Kini lebih dari 500.000 jiwa tinggal di dekat habitat sataa itu. Meskipun demikian, pemulihan habitat memasuki tahap menjanjikan dengan upaya konservasi dan intervensi dari mitra lokal dan internasional serta WWF melalui program konservasi. Saat ini, gorila gunung terdaftar sebagai spesies yang terancam punah, dengan jumlah individu di alam liar hanya sekitar 1.000 ekor. Namun, masih ada beberapa ancaman yang dapat menghambat kemajuan pemulihan spesies ini.

5. Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis)

Orangutan tapanuli adalah spesies orangutan yang baru terdaftar sebagai spesies yang berbeda pada tahun 2017. Hanya ada satu populasi orangutan Tapanuli di alam liar, yakni hutan tropis di ekosistem Batang Toru di Sumatera Utara. Saat ini, primata yang hidup di pohon ini terancam punah dengan jumlah kurang dari 800 individu di alam liar. Ancaman terbesar spesies ini adalah hilangnya habitat karena pertanian, pertambangan, dan pengembangan pembangkit listrik tenaga air dan panas bumi. Antara tahun 1985 dan 2007, lebih dari 40 persen hutan di Provinsi Sumatera Utara, tempat orangutan tapanuli ditemukan, telah hilang.

6. Lumba-lumba tanpa sirip Yangtze (Neophocaena asiaeorientalis ssp. asiaeorientalis)

Mamalia air ini hidup di Sungai Yangtze di Cina dan terdaftar sebagai spesies yang terancam punah. Meskipun sungai Yangtze memainkan peran penting dalam fungsi ekosistem yang sehat namun degradasi lingkungan, penangkapan ikan berlebihan, dan polusi air selama bertahun-tahun berdampak buruk pada banyak spesies. Satwa ini dulunya hidup berdampingan dengan lumba-lumba tak bersirip, tetapi tidak ada lagi penampakan lumba-lumba air tawar selama dua dekade terakhir. Pemerintah Cina telah meningkatkan status lumba-lumba tak bersirip menjadi spesies yang dilindungi tingkat pertama pada tahun 2021, tingkat perlindungan tertinggi yang tersedia di negara tersebut. Pada tahun 2018, jumlahnya masih sekitar 1.000 ekor di alam liar.

7. Badak Hitam (Diceros bicornis)

Pada rentang 1960 dan 1995, populasi badak hitam mengalami penurunan dramatis akibat perburuan besar-besaran. Sekitar 2 persen satwa yang selamat dari perburuan di masa lalu. Ketika konservasi badak mulai dilakukan pada 1990-an, jumlah mereka meningkat lebih dari dua kali lipat di seluruh Afrika.Namun, badak hitam masih terdaftar sebagai hewan yang terancam punah oleh IUCN, dengan jumlah sekitar 5.630 ekor di alam liar. Tiga subspesies badak hitam sekarang bertahan hidup, dengan badak hitam barat dinyatakan punah pada tahun 2011. Saat ini, 95 persen badak hitam hanya ditemukan di empat negara: Kenya, Namibia, Afrika Selatan dan Zimbabwe. Ancaman terbesar bagi populasi yang tersisa masih berupa perburuan liar untuk diambil culanya, dalam 10 tahun terakhir. Hampir 10.000 badak Afrika dibunuh untuk memasok perdagangan cula badak ilegal.

8. Gajah Hutan Afrika (Loxodonta cyclotis)

Spesies ini hidup jauh di dalam hutan yang lebat dan lembab di Afrika Barat dan Tengah. Jumlah aktual gajah hutan liar Afrika masih belum pasti karena sifat pemalu mereka, tetapi mereka dinyatakan sebagai spesies yang terancam punah dan populasinya telah menurun sekitar 86 persen dalam 31 tahun. Ancaman paling utama adalah perburuan liar. Selain perburuan gajah, hilangnya habitat dan perubahan tata guna lahan untuk pertanian dan penggunaan lahan lainnya telah mengakibatkan habitat terfragmentasi dan meningkatkan konflik antara manusia dan gajah. Saat ini, spesies ini menempati sekitar 25 persen dari wilayah jelajah historisnya, yang tersebar di 20 negara Afrika, sebagian besar di Gabon dan Republik Kongo.

9. Orangutan Sumatera (Pongo Abelii)

Orangutan sumatera terdaftar sebagai satwa yang sangat terancam punah oleh IUCN dengan jumlah populasi kurang dari 14.000 ekor di alam liar. Mereka menghadapi ancaman yang serupa dengan orangutan kalimantan dan tapanuli. Satwa ini membutuhkan hutan yang luas untuk hidup, namun antara tahun 1985 dan 2007, kera besar ini kehilangan 60 persen habitatnya. Saat ini, sebagian besar orangutan ditemukan di ujung paling utara Sumatera di Ekosistem Leuser, sebuah lanskap yang mencakup hutan hujan dataran rendah tropis dan rawa-rawa gambut beruap.

10. Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)

Penyu sisik adalah salah satu dari tujuh spesies penyu laut dan ditemukan di perairan tropis dan subtropis dekat pantai di Atlantik, Hindia, dan Samudra Pasifik. Jumlahnya diyakini antara 20.000 hingga 23.000. Dalam 30 tahun terakhir, populasi penyu sisik di seluruh dunia telah berkurang setidaknya 80 persen akibat penangkapan yang tidak disengaja dengan alat tangkap ikan, degradasi habitat peneluran, kerusakan terumbu karang, serta perdagangan ilegal cangkang dan produk penyu sisik. Ancaman lain akibat ulah manusia seperti polusi plastik, perubahan iklim, dan naiknya permukaan air laut dapat semakin memperburuk kondisi spesies ini di masa depan. Saat ini, penyu sisik masuk dalam kategori terancam punah.

Nb: ini lebih yang flagship, Dan pertimbangan yang aku baca lebih karena soal penurunan populasi, menyusutnya habitat (ekspansi wilayah manusia ), dan pola ancaman (ada perburuan, kondisi konflik/ perang), 

SHARE