Menyoal Pendapat Kepala BRIN Soal Polusi Udara Hanya Siklus Alam

Penulis : Aryo Bhawono

Polusi

Kamis, 07 September 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menyebutkan polusi udara yang menyelimuti berbagai kota merupakan bagian dari siklus alam saat musim kemarau. Pendapat ini dianggap tak akademis dan hanya merupakan corong pemerintah. 

Handoko menyebutkan bahwa polusi udara saat ini merupakan siklus alam karena kekeringan, sehingga polutan beterbangan. Polutan ini bertahan di udara karena listrik statis selama musim kemarau. 

“Polutan tidak bisa turun, yang bisa menurunkan polutan adalah hujan. Makanya kami membasahi dengan modifikasi cuaca,” ucapnya seperti dikutip dari Antara

Namun pendapat Handoko dianggap tak menunjukkan narasi akademis. Juru Kampanye Greenpeace Indonesia, Rio Rompas, menyebutkan campur tangan manusia sangat dominan dalam polusi udara akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla). 

Salah satu sumber polusi udara berasal dari pembakaran batu bara di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menghasilkan listrik untuk kebutuhan manusia. Foto: PBB

Pemicu kebakarannya, kata dia adalah, el nino seiring dengan dampak cuaca dan iklim yang kian berubah. Namun selain itu daya dukung lingkungan yang kian buruk menjadi faktor dominan.

“Karhutla semua di wilayah gambut misalnya, karena gambutnya kering dan rusak, karena izin konsesi untuk kepentingan ekonomi dan infrastruktur itu menjadi penyebab utamanya. jadi ada faktor manusianya,” ucap dia. 

Rio sendiri merupakan salah satu pihak yang mengajukan gugatan kepada pemerintah atas Karhutla Kalteng 2015. Saat itu Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) menyebutkan kebakaran yang terjadi di lahan gambut seluas 196.987 hektare (ha) dan lahan non gambut seluas 133.876 ha. Polusi udara akibat asap kebakaran mencapai tahap 20 kali di atas ambang normal.

Menurutnya selaku kepala lembaga riset, Handoko seharusnya komprehensif. Jangan sampai lembaganya menjadi corong kepentingan pemerintah belaka.

“Apalagi jika merujuk kebakaran hutan di berbagai belahan dunia, termasuk di Hawai, Indonesia memiliki karakter sama, yakni negara kepulauan tropis dan terancam terpanggang krisis iklim,” imbuhnya.

Terpisah, polusi di perkotaan seperti di Jakarta sendiri juga menunjukkan andil manusia. Analisis Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA)  menyebutkan polusi udara Jakarta yang tinggi pada rentang 2020 hingga 2023 disebabkan oleh emisi dari beberapa sektor utama penghasil emisi: pembangkit listrik, industri, transportasi, dan pembakaran lahan terbuka. 

Pemodelan periode Juli hingga Agustus 2023 menunjukkan tingkat polusi udara per jam berkorelasi dengan lepasan emisi berbagai pembangkit listrik tenaga batu bara yang mencapai Jakarta. Pada hari-hari tertentu, kontribusi pembangkit listrik tenaga batu bara bervariasi dari 5 persen hingga 31 persen terhadap polusi PM25.

Artinya faktor manusia sangat mempengaruhi polusi udara di perkotaan besar. 

SHARE