Sebaran Titik Api Karhutla Kian Meresahkan
Penulis : Aryo Bhawono
Karhutla
Kamis, 07 September 2023
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Deteksi sebaran titik api dalam tingkat kepercayaan tinggi tersebar 1.678 titik. Sedangkan konsentrasi partikulat PM2.5 di dua kabupaten, Mempawah dan Kubu Raya, di Kalimantan Barat berada di level merah.
Pemetaan titik panas situs Sipongi milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan titik api dengan status merah mencapai 1.678 titik di seluruh provinsi pada rentang Senin-Selasa (4-5/9/2023). Pemetaan ini menggunakan tiga satelit, yakni NASA TERRA/AQUA, NASA-SNPP, dan NASA-NOAA20.
Titik api terbanyak berada di Jawa Timur, yakni 198 titik. Disusul oleh Kalimantan Barat dengan 143 titik, NTT 142 titik, Kalimantan Tengah 112 titik, Sumatera Selatan 103 titik, Jawa Tengah 98 titik, Kalimantan Selatan 94 titik, Jawa Barat 78 titik, Kalimantan Timur 68 titik, dan Maluku 62 titik.
Sedangkan data Badan Klimatologi Meteorologi dan Geofisika (BKMG) menunjukkan tingkat konsentrasi partikulat PM2.5 di dua kabupaten, Mempawah dan Kubu Raya, di Kalimantan Barat berada di level merah pada Selasa (5/9/2023). Pada level ini konsentrasi partikulat PM2.5 mencapai di rentang 150,5-250,4 µgr/m3, yakni sangat tidak sehat.
Konsentrasi partikulat PM2.5 di Mempawah mencapai 172,7 µgr/m3 pada pukul 04.00 waktu setempat, lalu 203,6 µgr/m3 pada pukul 05.00, dan 148,2 µgr/m3 pada pukul 10.00.
Sedangkan di Kubu Raya, konsentrasi partikulat PM2.5 bahkan sempat mencapai level berbahaya, yakni melebihi 250 µgr/m3.
Konsentrasi partikulat PM2.5 di kabupaten ini mencapai 249,2 µgr/m3 pada pukul 01.00 waktu setempat, pada pukul 02.00 mencapai 163 µgr/m3, pada pukul 06.00 mencapai 188 µgr/m3, dan pada pukul 07.00 mencapai 315,7 µgr/m3.
Direktur Hutan Auriga Nusantara, Supintri Yohar, menyebutkan buruk kualitas udara di dua kabupaten ini berkorelasi dengan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Kemungkinan di sekitar kabupaten yang kualitas udaranya sampai ke level berbahaya itu karhutla terjadi di kawasan gambut, karena asapnya pasti sangat tebal,” ucap dia.
Menurutnya peningkatan titik api di seluruh kawasan ini harus diwaspadai karena musim kemarau kering ini kian mempersulit pemadaman. Bahkan beberapa kawasan berisiko terjadi perluasan dan penambahan titik api.
“Kondisi kering dan kian banyaknya titik api ini menjadikan bencana karhutla kian meresahkan,” jelasnya.
Data prakiraan hujan BMKG sendiri menyebutkan hingga bulan Oktober 2023 curah hujan rendah masih akan dialami oleh sebagian besar wilayah Indonesia. Peningkatan curah hujan baru akan terjadi pada November 2023.
SHARE